22. Ga kebagian ayam

14 11 1
                                    

Happy Reading

Ester tersentak,
“Hah! Huh...huh...huh”

Bu Thea melihat Ester sangat berkeringat terbangun dari tidurnya, “Ester? Kamu kenapa?” tanya Bu Thea.

“Tante, aku mimpi Kak Titan pergi, terasa nyata banget” sahutnya sembari menyeka air matanya yang menetes.

Bu Thea memeluk Ester berusaha menenangkannya,
“Tenang ya, minum dulu..., Tarik nafas, lihat! Titan masih disini, dia masih berjuang..., Mimpi cuma bunga tidur, jangan berpikir negatif ya,” ucapnya.

Ester melihat dan mengelus wajah Titan yang masih terbaring lemah,

“Mimpiku dimulai waktu Kak Titan berpamitan, terasa bukan mimpi. Bener, ternyata Cuma mimpi, syukur Alhamdulillah Kak Titan masih disini” gumamnya.

Buk Thea mengelus kepala Titan, merapihkan rambutnya,
“Titan, sudah tiga hari nak, kamu ga mau liat Bunda? Bangun nak, Bunda mohon” ucapnya mencium tangan anaknya.

Tiba-tiba tangan anak sulungnya itu bergerak, matanya yang terpejam mulai terbuka, bola matanya bergerak-gerak melihat langit-langit ruang ICU,

“Titan! Titan sudah sadar, Ester! Cepat bantu Tante panggil dokter”

Kak Titan!” gumam Ester setelah melihat Titan yang sudah bangun dari komanya. “Iya Tante” sahutnya.

Dokter pun datang memeriksa Titan,

“Syukurlah, Titan sudah melewati masa kritisnya, saya sarankan jangan banyak bergerak dulu, tulang leher dan rusuknya belum pulih, ajak dia bicara supaya ingatan nya kembali” ucap Dokter yang memeriksa Titan.

Titan memandangi Bu Thea dan Ester,

“Bunda,” panggilnya pelan.

Bu Thea meneteskan air matanya, “Iya ini Bunda sayang, Bunda kabari Ayahmu dan Tara ya” sahutnya menggenggam tangan anaknya sangat erat.

Titan tersenyum mengedipkan matanya, dia Melirik ke arah Ester yang sedari tadi masih menangis bahagia, “Estremos,” panggilnya.

Seketika Ester menghampiri nya, mengelus kepala Titan dengan lembut, “Iya Kak, aku disini” sahutnya.

“Jangan nangis, aku udah bangun, Bunda aku laper, minta ayam goreng”

“Hush! Kamu belom boleh makan yang berserat, cuma boleh makan bubur sama sup, sebentar Bunda panggil susternya” sahut Bu Thea.

Seketika Titan memasamkan wajahnya, tangannya memegangi dagu Ester yang ada di dahadapannya, “Ester, dagu Lo kenapa? Kok memar gitu?” tanya Titan sangat pelan.

“Ini..., waktu aku di culik Kak, dipukul sama anak buah Pak Cipto” sahut Ester.

Titan mengelus dagu Ester yang tampak merah memar, “Ya ampun..., lecet binik gue! sakit? Udah di obati?” tanyanya khawatir.

“Udah kok, tenang aja, udah ga papa, besok mungkin memarnya ilang” sahut Ester.

Tuk, tuk, tuk

Ester yang tiba-tiba memukul brace yang terpasang di leher Titan.

Titan mengedipkan mata dan tersenyum lebar, “Jangan di ketok-ketok Ester!” ucapnya.

“Sakit?” tanya Ester.

“Hmmmh, serasa mau copot ni leher” sahut Titan.

Tidak lama kemudian Titan di pindahkan ke ruang rawat inap. Bu Thea menyuapi anaknya dengan wajah penuh kebahagiaan,

Warm Ice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang