11. Bunga Lily dan Manusia Kulkas

26 21 0
                                    

Minggu pagi, Titan sudah tiba dirumah Ester.

Rubik mengibaskan pakaian basahnya berkali-kali, melihat Titan berjalan mendekatinya,
"Buset! Apaan nih? Fatamorgana ni kali..., salah liat gue, ngapain si narsis Titan pagi-pagi bolong di rumah gue?"

Plakkk!
Lemparan pakaian basah menyangkut di kepala Titan.

"Bangkhai! Kacamata renang lo gadak warna laen apa! Ijo neon! heran" Ucap Titan sembari mengembalikan B+H milik Rubik.

Rubik mengucek-ngucek matanya,
"Gila! Orang beneran ternyata, gue kira fatamorgana..., Heh! Diem lu! Ngapain kesini? Mama gue lagi ga kerja" sahutnya heran.

Tiba-tiba Ester keluar rumah dan langsung masuk ke mobil Titan tanpa berpamitan dengan kakaknya.

Titan tersenyum kecil melihat Ester memasuki mobilnya,
"Dah Rubik prik!" ucapnya berjalan pergi memasuki mobil.

"Oi! Mau lu bawa kemana adek semata wayang gue??" tanya gadis tomboy itu yang terus mengomel seraya menjemur pakaiannya.

❄️❄️❄️

Didalam mobil, Titan sesekali melirik gadis kecil yang duduk di sebelahnya. Ester tidak seperti biasanya,
"Tumben dandan? Karena mau jalan sama gue ya? Cih! Biasanya lo kalo disekolah kepangan dua, sekarang lu gerai cocok" ungkapnya memalingkan wajah.

Ester menoleh, "Nyetir aja yang bener! Kamu jangan liat-liat aku, ntar naksir" sahutnya tersenyum nakal.

Seketika Titan mengehentikan mobilnya, "Hah! Elu yang naksir gue duluan!" ketusnya memasamkan wajah.

Gadis kecil itu mendekat, "Oh jadi Kak Titan udah naksir aku?" tanyanya mengintimidasi Titan.
Deg.

Lelaki tegap itu tidak menjawab apapun. Dia kembali mengemudikan mobilnya dan hanya menatap kejalan.

"Suek! Jadi salting gue"

"Dasar kulkas 5 pintu" ejek Ester tertawa kecil.

"Diem!" celetuk Titan dengan wajah memerah.

Titan dan Ester menuju festival pameran seni, Mereka berkeliling melihat-lihat stand- stand yang tersedia di acara itu. Ada pameran lukisan, booth foto, stand makanan, sampai stand free listening music juga ada.

Ester berjalan mendahului Titan dan berbalik kearahnya,
"Kak Titan, mau coba ngelukis? Atau menggambar? Itu ada stand buat ngelukis" tanyanya sangat hati-hati.

Titan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Mereka berdua pun mampir ke stand melukis. Ester sangat bersemangat menyiapkan cat lukis dan kanvas untuk Titan.

Dia memulai meletakkan warna pertamanya di kanvas polos itu. Tiba-tiba, tangan Titan gemetaran dan pandangannya tampak kabur,

Nguinggggggg

Dengungan telinganya yang kembali datang.

Titan mengerutkan dahinya menahan sakit, "Ester" panggilnya pelan.

"Iya Kak" sahut Ester yang berusaha tetap tenang menghadapi Titan.

"Tutup telinga gue, buruan!" pintah Titan memejamkan matanya.

Ester meletakan kedua tangannya di kedua telinga Titan.
"Ada bekas luka jahitan" gumamnya setelah melihat telinga kanan Titan.

Perlahan-lahan Titan membuka matanya. Wajah Ester tepat di hadapan nya. Jaraknya hanya satu jengkal tangan.

Dia memegangi tangan Ester yang ada di telinganya. Dan kembali melanjutkan lukisannya.

"Kak Titan, pelan-pelan aja, ga papa jangan khawatir" bisik Ester pelan.

Warm Ice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang