Protective fiance

903 144 51
                                    

Author pov


"Argghhh!!"


*Pyar!*

Suara pecahan kaca serta teriakan kencang menggema di sebuah ruang yang begitu lembab dan gelap.

Ditenggaknya lima botol ramuan miliknya sekaligus, lalu kembali melemparnya hingga pecah.

"Hahh... Haaah...."

"Tidak akan ku maafkan..." Geram Jihyo, memperhatikan wajah tuanya yang mengerikan.

Efek dari ramuannya akan menghilang dalam beberapa hari kedepan.

Untunglah penyihir itu memiliki obat penawar dari ramuannya sendiri. Jika tidak, penampilannya akan berubah menjadi buruk rupa selamanya.

Ini semua karena scubus sialan itu. Sana tidak henti menertawai dan mengejeknya. Kini penyihir itu memiliki musuh tambahan untuk dimasukkan kedalam list balas dendamnya.

Dinyalakan sebuah tungku tua menggunakan api yang membara. Penyihir itu menuangkan berbagai macam cairan berbahaya ke dalam pot besar.

"Akan ku balas perbuatan mereka..." Gumamnya melemparkan serpihan tulang dan debu sihir.

Dengan sedikit mantra yang diucapkannya, asap hitam mulai mengelilingi sekitar tungku pot.

"Akan ku rebut sesuatu yang berharga dari mereka..." Jihyo tersenyum licik sambil mengaduk ramuannya menggunakan kayu.

"Dengan begitu mereka akan menyesal telah berani macam-macam padaku."

Diraihnya seekor tikus, laba-laba, kalajengking, katak dan sebuah apel hijau, lalu dimasukkan semua ke dalam pot.

Karena dia tidak mengetahui makanan favorit Dahyun. Dia akan mencoba menawarkan seluruh bahan makanan yang dia punya.

Diambilnya apel hijau yang telah berubah warna menjadi merah tua.

"Begitu indah dan mematikan..." Ucap penyihir itu, menatap bangga dengan maha karyanya.

Akan dia pastikan, hanya dengan satu gigitan, racun pada apel itu dapat membunuh monster manapun dalam waktu 24jam.

Untuk berjaga-jaga, dia akan membuat obat penawarnya jika dia terkena racunnya lagi.

"Aku tidak sabar melihat wajah penuh penderitaan mereka hahaha!"

🕷🕷🕷

Dahyun pov

Ku pandangi wajah tenang vampire yang tengah menghisap darah pada pergelangan tangan ku.

Rasanya memang menyakitkan, tapi tidak sesakit luka pada sekujur tubuh vampire itu.

Untuknya ukuran luka seperti itu, bukanlah masalah besar. Dia bahkan masih bisa mengolok kekalahan Jihyo dan Momo walaupun dengan kondisi terpapar sinar matahari.

Sepertinya benar apa yang Tzuyu katakan, Sana adalah monster yang  kuat.

Tapi biarpun begitu, aku tetap tidak tega melihatnya terluka. Apalagi ini semua terjadi karena ku.

Memberikan darah ku sebagai gantipun rasanya masih kurang.

"Berhenti menyalahkan dirimu." Ucap Sana melepaskan gigitannya, setelah melihat ku mengepalkan tangan.

"Mianhae..." Lirih ku menundukkan kepala.

"Hentikan, kau sudah meminta maaf berulang kali padaku."

"Aku hanya takut eonni marah dan meninggalkan ku lagi..."

Monster AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang