14. EMPAT BELAS

86 7 0
                                    

Tak lama lagi akan mendekati ujian akhir semester, kebetulan jam ini anak X MIPA 1 jamkos. Siswa-siswi senang karena tak belajar, lagian siapa juga sih yang gak senang sama jamkos.

"Lo tau gak sih Pearl? waktu itu pak Daud nyariin lo, tapi lo nya gak ada di depan kelas" beritahu Clara.

"Iya, kayaknya pak Daud nandain lo deh" timpal Clausyla "soalnya habis itu dia tulis di absen kalau elo alpa"

Pearl tertawa kecil "ya udah sih, udah gue duga bakalan kayak gitu"

"Gue harap pak Daud gak masuk kelas kita lagi" ujar Clausyla, sejujurnya pak Daud itu sangat menakutkan, siapa sih yang gak takut sama pak Daud.

"Bisa gila gue dipaksa main gitar terus, kan main gitar susah anjir" gerutu Clara sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Pak Daud mau kesini woi!!" sorak salah satu siswa, membuat yang lain langsung cepat-cepat duduk di bangku mereka.

Betul saja, pak Daud memasuki kelas, suara langkah kakinya terasa menggelegar di satu ruangan. Pria paruh baya itu menduduki kursi guru, tak ada satu murid pun kini yang bicara, semuanya diam tak bersuara.

"Kalian jamkos?" tanya pak Daud, mereka semua mengangguk.

"Saya cuma mau ngasih tau, ujian seni musik kita gak bakal secara tertulis" info dari pak Daud.

"Terus ujiannya gimana dong pak?" tanya salah seorang dari mereka.

"Kita ujian praktek gitar" jawab pak Daud membuat semua murid melongo, pasalnya hanya sebagian kecil yang bisa main gitar, dan asal tau saja main gitar tak semudah itu.

"Kalo gak bisa main gitar gimana pak?"

Pak Daud tersenyum "maka saya gak akan segan-segan ngasih nilai kecil buat kalian"

Mereka berkeringat dingin, bagaimana ini main gitar kan sangat susah, terlebih lagi waktunya mepet.

"Udah ya bapak pergi dulu, sampai jumpa di praktek gitar ya anak-anak bapak" pak Daud pun meninggalkan kelas.

"Gak sudi gue jadi anaknya pak Daud" ujar salah satu siswa memecah keheningan, suara tawa mereka memenuhi kelas.

"Gila, gue sampai nangis nih saking ngakaknya" ucap Fariz menghapus air matanya.

"Wah parah lu Adi, gue bilangin pak Daud lu ye" ancam Ayu dengan niat bercanda.

"Bilangin aja sono" balas Adi tak takut.

Ayu berpikir sebentar "gak jadi deh" jawabnya cengengesan.

"Yeee, beraninya ngomong doang lu" cibir Adi, mereka semua kembali tertawa tak terkecuali dengan Ayu.

....

Pearl kini belajar di balkon kamarnya, meresapi udara sore yang sangat segar. Mengingat sebentar lagi akan ujian, Pearl harus semakin rajin. Cewek itu melamun, ia kepikiran mengenai seni musik, masa harus praktek sih, kan Pearl gak bisa main gitar. Huh pak Daud ya gitu, kerjaannya bikin orang-orang selalu kepikiran sama dia.

TOK TOK

Suara ketukan pintu membuat Pearl tersentak dari lamunannya. Siapa sih sore-sore begini ngetuk pintu kamar Pearl, gak tau apa Pearl lagi belajar. Cewek itu membuka pintu, ia terpaku sebentar melihat seseorang di depannya.

"Kyle?"

Kyle hanya tersenyum, memasuki ruangan dan duduk di balkon. Pearl memerhatikan cowok itu, lalu menempati kursi disampingnya.

"Tumben banget lo dateng, sore begini" ucap Pearl.

"Iya, soalnya gue males banget gak ngapa-ngapain di rumah"

LAURENCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang