Chapter 2

2.9K 336 157
                                    

Maret, 5 tahun yang lalu

Awan yang lembut seperti bantal bulu angsa begulung-gulung di atas langit. Mereka membawa hujan, gerimis, dan selanjutnya adalah hangat. Perlahan menghilangkan rasa dingin yang mencekik dan kesunyian musim dingin. Merontokkan dedaunan dan membuat bunga-bunga mulai bermekaran menghiasi bumi kembali. Sepasang mata berkedip, kelereng cokelat tuanya memandang kelopak bunga yang baru jatuh di atas sepatunya. Itu mengingatkannya bahwa dia belum memilih bunga untuk ulang tahun ibunya besok.

Suara dering panggilan membuyarkan lamunan. Mengambil smartphone dari saku jaket, dia melihat kontak nama Oh Haewon muncul pada layar.

“Halo”

“Oppa, kau sudah mengambil lembar print outnya?”

Chanyeol memang diminta oleh Haewon untuk mengambil print out materi dasar untuk kelas menggambarnya hari ini. Beruntung dia tidak memiliki keperluan atau janji dengan profesornya.

“Ya”

“Kalau begitu bisa cepat kesini? Sudah ada murid yang datang”

“Bocah ini. Mana terimakasihmu?”

“Terimakasih kepada oppa yang paling kucintai” jawab Haewon dengan suara yang dibuat-buat. Begitu mendengarnya, Chanyeol segera mengakhiri panggilan. Dia masuk ke mobil dan menuju studio yang Haewon sewa untuk kelas menggambarnya.

Studio Haewon terletak tidak jauh dari Seoul National University (SNU) atau universitas tempat sepupu Sehun itu menempuh pendidikan sarjana. Sedangkan Chanyeol sendiri sekarang tengah berada jenjang masternya di universitas riset nasional yang terletak di Daejeon yaitu Korean Advanced Institute of Science & Technology (KAIST). Sebenarnya dia sempat mempertimbangkan untuk mengambil master di luar negeri, namun setelah menyelesaikan wajib militer Chanyeol berubah pikiran dan memilih untuk melanjutkan pendidikannya disini. Keputusannya waktu itu membuat ibunya sangat bahagia karena tidak jadi ditinggal oleh putra satu-satunya.

Setelah mengendarai mobil kurang lebih selama 15 menit, Chanyeol tiba di depan studio tempat Haewon membuka kursusnya. Dari depan tempat itu tampak kecil namun ketika masuk, studio memiliki ruangan yang cukup luas. Chanyeol mengetahui hal itu karena minggu lalu dia dan Sehun membantu menata studio Haewon. Walaupun ruangannya cukup luas, namun Haewon hanya menerima 12 orang pertama yang mendaftar sebagai muridnya dengan alasan agar lebih maksimal untuk membantu mereka.

Chanyeol turun dari mobil dan membawa lembar print out di tangannya. Akan tetapi seseorang tiba-tiba menabraknya. Berikutnya suara smartphone yang jatuh terdengar bersama dengan buku sketsa cukup besar telah berada di depan kakinya. Anak laki-laki yang mengenakan seragam SMA itu dengan cepat berjongkok untuk mengambil buku sketsa juga smartphonenya.

“Mohon maaf, saya benar-benar tidak sengaja” Murid SMA itu dengan cepat langsung meminta maaf dengan badan yang membungkuk dalam padanya.

Chanyeol hendak menjawab bahwa dia baik-baik saja namun berhenti saat perhatiannya teralih pada kelopak bunga yang jatuh di atas kepala bocah di depannya. Tangannya terulur untuk mengambilnya. Mungkin karena merasa sesuatu menyentuh kepalanya, murid SMA itu otomatis langsung menegakkan badannya. Pada saat itu Chanyeol langsung lupa warna bunga forsythia di tangannya karena iris cokelat terang dan sepasang bulan sabit yang memeluk hangat sepasang manik jernihnya.

Untuk beberapa saat keduanya terjebak dalam keterdiaman. Namun Chanyeol segera meraih kesadarannya kembali sebelum atmosfer canggung melingkupi dan memberikan bunga di tangannya kepada murid SMA itu.

“Jatuh di atas kepalamu” ucap Chanyeol bermaksud menjelaskan.

“Maaf? Ah, terimakasih” Kebingungan terlihat pada garis wajah anak laki-laki itu namun tetap menerima kelopak bunga yang diberikan oleh Chanyeol.

DARK MARE (chanbaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang