05

828 78 1
                                    

Sesampainya di sekolah pada bel berbunyi membuat gerbang sekolah ditutup, itu membuat Jisoo harus melewati pagar belakang yang sangat tinggi.

"Yaah lewat belakang lagi Jis" keluh Lisa yang melihat pagar yang begitu tinggi.

"Bukannya kita sering melakukan hal ini?" Jisoo tersenyum kecil lalu mulai berjongkok.

Lisa menghela napas, "Baju lo nanti kotor"

Jisoo melihat ke belakang dan berdecak kesal, "Buru! Nanti pak satpam liat!"

Dengan terpaksa lagi dan lagi Lisa mulai menaik di pundak Jisoo, dengan kekuatan Jisoo.

Ia mulai berdiri dan tangan Lisa meraih pagar paling atas untuk ia menaikinya, "HEYY KALIAN!"

"Aduhh maap dah pak lain kali gabakal di ulangi" ujar Lisa dengan tatapan memohon.

Jisoo hanya menghela napas, "Saya bisa memaafkan kamu lisa. Tapi tidak dengan dia!" Tunjuk kepala sekolah kepada Jisoo.

"Bener dah pak lain kali saya sama jisoo gabakal nakal lagi!" Mohon Lisa yang tak ingin Jisoo di keluarkan dari sekolah.

"Keputusan saya final! Kamu tetap sekolah dan Jisoo tetap saya keluarkan!"

"Kalo gitu saya juga keluar pak!"

"Ga pak, biar saya yang keluar asal Lisa bisa sekolah."

Jisoo keluar dari ruang guru dengan santay sedangkan Lisa melihat ke arah Jisoo dengan sedih. "Maaf jiss"

"Nyantai aja kali bre" Jisoo menepuk pundak Lisa "belajar ye yang pinter sampe bisa buat mesin masa depan dan masa lalu" Jisoo lalu berjalan menuju kantin.

Sedangkan Lisa dengan terpaksa memasuki kelas.

Di kantin ia dengan santay duduk di warung langganannya, "Eh nak Jisoo ga masuk ke kelas?"

Jisoo menggeleng dan mulai mengeluarkan rokoknya, jam istirahat pun berbunyi.

Banyak siswa keluar dari kelas dan menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong.

"Ehh itu yang di keluarin?"
"Iya kok masih disini"
"Wah disuap kali gurunya"

Orang orang sangat ribet menurut Jisoo mereka semua adalah kuman kuman yang tak berguna.

"Ah jen bentar dulu ya kamu duluan aja!" Belum sempat Jennie menjawab langkah Rose langsung menghampiri Jisoo.

"Ka?"

Jisoo melihat ke arah Rose dan kembali fokus pada rokoknya, "Uhukk uhuk!"

Mendengar batukan Rose ia langsung menjatuhkan rokoknya dan menginjak rokok itu dengan sepatu lalu menatap ke arah Rose, "Kaka di keluarin?"

"Ya"

"Emm kenapa?"

"Gpp"

"Ohh eeee oiaa nanti malem aku datang kerumah kaka ya bawain makanan mau?"

"Ga"

Mendengar jawaban cuek Jisoo membuat nyali Rose ciut, Rose terdiam dengan memainkan jarinya.

"Ya bawain gua makanan nanti malem" ujar Jisoo yang mengutak atik ponselnya.

Senyum Rose muncul mendengar ucapan Jisoo yang tiba tiba, "Waah liat siapa yang di keluarin?"

Mata Jisoo melirik orang itu lalu berdiri, "Bajingan mana yang bisa mengkhianati ketuanya sendiri?" Ujar Jisoo dengan tatapan amarah.

"Wo wo woo slow men!" Jaehyun tersenyum mengejek lalu menarik Rose pada dekapannya.

"Seharusnya kamu tidak dekat dekat manusia seperti dia, sayang" Jaehyun mengusap rambut Rose.

Tetapi Rose sangat tak nyaman akan itu, ia mencoba untuk melepaskan dirinya.

"Yaa lo kalah sih, so lo bukan ketua gua dan juga Rose udah jadi hak gua sekarang"

"A-apa maksud mu Jaehyun?" Tanya Rose dengan gugup.

"Kita melakukan sebuah taruhan kecil sayang.."

Mendengar itu mata Rose melihat tajam ke arah Jisoo, tatapan kecewa sedih dan marah.

Semua itu menjadi satu, Jisoo melangkahkan kakinya pergi tetapi saat di tengah-tengah kantin.

Ia di hadang oleh Jennie lalu dengan entengnya tangan Jennie melayang ke arah pipi Jisoo.

PLAAKK!!

Suara tamparan itu bergema dan seketika seisi kantin terdiam, "Bajingan lo! Jangan jadiin Rose sebagai taruhan, dia itu cinta sama lo Jisoo!" Jari Jennie menunjuk nunjuk dada Jisoo.

"Gua tau ini salah! Tapi jika itu kebahagian Rose, gua dukung. Tapi kenapa lo bajingan kaya gini?!"

Emosi Jennie tak terkendali, teman mana yang terima jika temannya di lukai?

Kepala Jisoo serasa ingin meledak mendengar ocehan Jennie, lalu ia langsung pergi tanpa berucap apapun.

Beberapa minggu berlalu, tak terdengar lagi kabar Jisoo gimana, dimana dan sedang apa.

Rose selalu berkunjung kerumah Jisoo tetapi rumah itu selalu sepi tak berpenghuni.

Ia ingin meminta maaf karna perilaku Jennie yang barbar itu, ponselnya pun susah di hubungi.

"Rose! Mommy udah telepon orang buat benerin mobil kamu ya nanti dia bakal datang, mommy sama daddy mau pergi belanja bulanan dulu!"

"Siaap mom"

Rose duduk di sofa sembari menunggu orang untuk membenari mobilnya.

Ting tong...

Bell rumah berbunyi dan pembantu Rose segera membuka pintu, "Ya silahkan ini mobilnya yang ingin dibetuli"

"Udah bi?" Tanya Rose.

"Udah non itu lagi benerin mobil non"

Rose mengangguk dan ia melangkah kan kakinya keluar melihat pekerja tersebut.

Degg...
Deggg...

"KA JISOO!"

To be continued...

La réponse c'est l'amour <Chaesoo>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang