"Senang bisa kenal denganmu, terimakasih atas tumpangannya"
Jisoo tersenyum kecil, "Sama-sama" ia menyalakan motornya.
"Hati-hati.." ujar wanita bartender tadi, yang ikut pulang karna waktu nya bekerja sudah selesai.
Tak membalas Jisoo hanya mengangguk ia mulai melajukan motornya untuk pulang.
Saat sampai dirumah ia melihat gadis yang ia kenal berdiri di depan pintu dengan terus mengetuk pintu tersebut.
"Rose?" Lirih Jisoo dan langsung membuat Rose menengok.
Rose berlari menghamburan ke arah Jisoo dan langsung memeluk Jisoo, "Jangan tinggalin aku.."
Jisoo masih diam tak membalas pelukan Rose, "Kenapa ga jawab telepon aku? Aku khawatir.."
Ia merasa bersalah telah mencueki Rose dan berkata kasar pada gadis ini, Jisoo meneguk ludahnya dan mengusap rambut Rose dengan lembut.
Rose menangis hingga membuat Jisoo merasa sangat bersalah.
"M-maaf aku e-egoishh" Rose berkata dengan terbata bata tapi ia berusaha untuk mengatakannya.
Di kamar yang gelap tak bisa melihat apapun tapi bisa di dengar sepasang kekasih tengah melakukan olahraga malam.
Jisoo melihat ke arah Rose untuk memastikan Rose baik baik saja, ia memposisikan miliknya tepat di depan milik Rose.
Ia melirik Rose lagi "Kamu yakin dengan ini?" Tanya Jisoo untuk memastikan bahwa Rose akan baik baik saja.
Rose tak sanggup bicara karna suhu tubuhnya yang panas tak sabar, "Lakukanlah.."
Jisoo mulai mendorong miliknya, "Ka.. pelan.." pinta Rose dengan mata sayunya.
Tak membalas Jisoo hanya menggeram seperti harimau yang tengah memakan mangsanya, "Kaa..!" Tangan Rose mencekram seprei dan memejamkan matanya kuat.
Jisoo menarik tangan Rose untuk memeluk dirinya, "Cekram saja" Jisoo mulai memajukan kembali miliknya.
Seakan miliknya dirobek, Rose mencengkram punggung polos Jisoo dengan kuat hingga kukunya memutih dan punggung Jisoo mendapati cakaran.
Tidak peduli akan sakit oleh cekraman Rose, Jisoo mendorong terus miliknya untuk menebus milik Rose.
Tak ingin Rose merasa sakit yang berlebih , Jisoo langsung membekap mulut Rose dengan bibirnya.
Jisoo melumat bibir Rose dan di balas oleh Rose, Jisoo mendiamkan miliknya sebentar lalu mulai mendorong kembali.
"AAKKHHH!" Teriak Rose saat sesuatu yang panjang itu masuk, dirinya seakan dirobek.
Mata Rose semangkin terpejam, Jisoo kembali mendiamkan miliknya didalam sana untuk membiasakan.
Jisoo melepas ciumannya dan melihat ke arah bawah, disana terlihat darah keluar dari sisi-sisi milik Jisoo.
Ia merasa bersalah akan hal yang telat ia lakukan pada Rose, tapi ini semua pinta Rose beberapa jam yang lalu.
"Ini pertama untukmu?" Tanya Jisoo tapi tak dijawab oleh Rose. "Apakah ini mulai nyaman?" Tanya Jisoo, ia sangat ingin sekali menghantam Rose dengan kuat tapi ia tak ingin melukai Rose yang baru pertama kali melakukannya.
Rose mengangguk kecil, "Peluk aku" pinta Jisoo yang mulai memaju mundurkan pinggulnya.
Dengan pinta Jisoo, Rose langsung memeluk Jisoo dan menenggelamkan wajahnya pada leher Jisoo.
"Ahhhh ka.." desah Rose yang mulai menikmati permainan Jisoo yang lembut.
Jisoo terus menggeram dan terus mendorong miliknya jauh di dalam sana.
Bercinta lembut seperti ini membuat Rose mabuk kepayang, sedangkan Jisoo sangat ingin bermain kasar tapi tetap ia tahan.
Hingga Rose mulai bisa nyaman dan Jisoo mulai menghentaknya dengan kasar.
"KAA.. P-pelaann!" Pekik Rose yang merasakan Jisoo mulai menghentak nya dengan kasar.
Tak mendengar ia terus melakukannya dengan kasar, jika Jisoo terus bermain lembut ia tak akan bisa mencapai puncaknya.
Sedangkan ingin mencapai puncaknya ia harus bermain kasar, Rose mencengkram seprei dengan mata sayunya melihat ke arah Jisoo yang tengah menyusu pada payudaranya.
"Aahhh ahhhh ahhhh ka jisooo shhh..!" Mendengar desahan Rose membuat Jisoo semangat .
"Fuckk!" Umpat Jisoo saat milik Rose menjempit sangat keras miliknya, "Kaa! Mauuhh keluarrh shh ahhhh!"
"Tungguu.. shh sebentar lagi.." geram Jisoo yang masih fokua mencari puncaknya dengan menghantam sangat keras.
"KAA!" Pekik Rose yang sudah tidak tahan dan mengeluarkan semuanya.
Jisoo terus menggoyangkan pinggulnya, tak peduli Rose sudah keluar.
Dirinya masih terus melakukannya hingga akhirnya ia akan mencapai puncaknya.
Crott...
Crottt...
Crott..
Miliknya keluar begitu banyak di dalam milik Rose, Jisoo diam dan melihat ke arah Rose yang ngos ngos an dengan mata sayu.
Jisoo tersenyum kecil lalu menggigit bibir Rose, "Suka?" Tanya Jisoo.
Rose hanya mengangguk dengan mata terpejam, Jisoo kembali menggoyangkan pinggulnya membuat Rose langsung melek.
Tenaga Jisoo bagaikan kuda, sangat besar dan tidak pernah habis.
Waktu menunjukan jam 2 malam, dan aktivitas terhenti di jam itu.
Mereka terdiam hanya terdengar isakan tangis Rose, "Udah yaa jangan nangis lagi.." pinta Jisoo dengan mengusap rambut Rose.
"Kenapa gapake kondom sihh?!" Tanya Rose dengan cemberut dan menangis.
Jisoo terkekeh lalu mencium Rose, "Kita sama sama wanita.. ga mungkin hamil sayang"
Pagi menjelang dan seperti biasanya hal yang Rose lakukan di pagi hari membuat sarapan untuk Jisoo.
Dan kini mereka tengah sarapan, "Nanti kita nikah ya" ujar Rose dengan senyum lebar.
Jisoo yang tengah makan lalu diam dan melihat ke arah Rose, terlihat tatapan lembut Rose dengan senyuman.
"Abis nikah kita harus punya banyak peliharan buat di jadiin anak, kan aku gabisa hamil kan soalnya kamu juga wanita kan emm laluu kita akan menikmati hidup tua kitaaa" ujar Rose dengan hayalannya.
Jisoo menghela napas "Aku gasuka hidup kaya gitu, monoton banget" ujar Jisoo membuat Rose langsung melotot.
"Terus maunya gimana?" Tanya Rose dengan tatapan tajam.
"Yaa minimal aku punya 3 istri lainnya selain kmu" ujar Jisoo dengan tertawa.
Seketika Rose langsung siap memukul Jisoo, "Ishhh memangnya apa kurangnya aku?!"
Jisoo malah memasang wajah santay, "Ga ada sih tapi emang akunya pengen kaya gitu, kan resiko kamu mencintai aku"
Rose menahan air matanya yang akan keluar lalu menundukkan kepalanya, "Iya emang resiko aku kok, bukan salah kamu"
Melihat Rose yang beneran mengira candaannya Jisoo tadi langsung membuat Jisoo tertawa keras, "Emangnya kamu percaya?" Tanya Jisoo.
Rose masih menunduk dan diam, "Ga lucu.. aku ngerasa aku kurang buat kamu sekarang..." lirih Rose dengan isakan tangisnya.
Jisoo merasa bersalah lagi , ia berdiri dan membawa Rose dalam pelukannya.
Jisoo mendudukan Rose di atas meja lalu mencoba untuk membuka tangan Rose yang menutupi wajahnya sendiri.
"Hey.. look at me" ujar Jisoo yang masih mencoba, dan akhrinya tangannRose tersingkirkan dan melihat ke arah Jisoo dengan air mata yang keluar mengalir di pipinya.
"Aku hanya bercanda, kamu sudah cukup untukku. Malah kelebihan.."
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
La réponse c'est l'amour <Chaesoo>
FanficWARN BAHASA NON BAKU BUAT ADICK KECIL JANGAN SALAH LAPAK ADUHH