Setelah mengakuinya langsung suzy membawa Rose dalam pelukannya, "Maaf udah bikin mommy kecewa.." lirih Rose dengan menangis dipelukan suzy.
"Bukan salah kamu sayang, salah mommy dan daddy gabisa jaga kamu dengan baik" suzy mengusap air mata Rose dan tersenyum lembut.
Seung gi terduduk di ruang tamu dengan kepalangan tangannya, ia akan membunuh siapa yang menghamili anaknya ini.
Setelah banyak perdebatan antara suzy, dan seung gi berakhir seung gi mengalah dan terima untuk Jisoo tanggung jawab.
Padahal dirinya sangat ingin anaknya menikah dengan Jaehyun tapi karna bajingan itu anaknya tidak jadi menikah dengan Jaehyun.
"Mom biar Rose yang bicara sendiri sama Jisoo.." lirih Rose yang tak ingin nanti seung gi membuat perkelahian.
Menganggap saran Rose sangat bagus suzy pun setuju, dan seung gi hanya menurut .
Rose berangkat menggunakan mobilnya sendiri di siang hari, sesampainya disana ia mengetuk pintu rumah Jisoo.
Jisoo keluar dan tersenyum melihat gadis nya ini datang, tapi melihat tatapan Rose ia langsung memasang wajah serius.
Rose menarik tangan Jisoo hingga masuk kedalam rumah lalu mengunci pintu tersebut.
"Kenapa?"
Rose melihat ke arah Jisoo, "Aku hamil"
Seketika Jisoo tersentak dan tertawa, "Guyonan macam apa itu?"
Melihat Jisoo tak menanggapi serius membuat Rose kesal, "Aku serius ka!"
Jisoo mencoba mencari kebohongan di antara mata Rose tapi ia tak menemuinya, ia hanya bisa melihat mata Rose yang sembab.
"Jangan bercanda Rose" kata Jisoo lagi yang masih mencoba menganggap itu bercandaan.
Rose mengambil sesuatu di dalam tasnya lalu memberikannya pada Jisoo, tangan Jisoo meraih sebuah surat dari dokter yang menyatakan bahwa Rose hamil.
Jisoo membuka surat tersebut dan membacanya dengan seksama, mata Jisoo melirik ke arah Rose "Orang tuamu belum tau kan? Gugurkan saja"
Mendengar ucapan Jisoo yang santay membuat hati Rose sakit, ia tak menunduk tapi matanya sudah penuh dengan air mata yang di tahan.
"Kaka pikir segampang itu?" Tanya Rose dengan suara yang bergetar.
"Aku berkerja sebagai montir, dan tak memiliki cukup uang untuk membiayaimu dan anakmu"
"ANAK KITA!" Sela Rose dengan suaranya yang membentak.
Jisoo terdiam lalu menggelengkan kepalanya, "Bukan anak kita. Aku wanita, bagaimana bisa? Yang jelas pasti kamu bermain belakang kan?"
Rose tak percaya jika Jisoo bisa berucap santay seperti itu, air mata Rose mulai turun jatuh di pipi.
Jisoo masih diam, ia hanya melihat Rose yang terduduk dengan menutup wajahnya menangis.
Langkah kaki Jisoo berjalan mendekat ke arah Rose, ia jongkok tepat di hadapan Rose. "Ini keputusan yang paling tepat, kau tak ingin kan jika berhenti sekolah dan mengurus anak di usia ini?" Ujar Jisoo dengan lembut.
Rose masih menangis dan tak berniat bicara dengan Jisoo.
"Tak apa.. aku akan mengurus anak ini sendiri, kita sudahi saja hubungan ini. Kaka emang brengsek" ujar Rose yang berdiri dengan tersenyum kecut ke arah Jisoo.
Sebelum sempat Rose beranjak pergi tangan nya langsung di pegang oleh Jisoo, "Maaf" lirih Jisoo. "Aku gabisa"
"Gapapa kok" Rose tersenyum lalu melepas pegangan tangan Jisoo dan mulai melangkah keluar rumah Jisoo.
Setelah Rose pergi, pikiran Jisoo sangat kacau. Ia menonjok tembok lalu menunduk merasa bersalah lagi.
Dirinya juga curiga jika Rose melakukan hubungan intim dengan orang lain, ia tak merasa menghamili Rose karna saat bermain dengan irene tanpa pengaman pun selama berbulan bulan nyatanya irene tidak hamil.
Jisoo mengambil jaket lalu memakainya dan mengambil kunci motor. bergegas pergi menuju kost irene.
Perjalanan saat ke kost irene pikiran Jisoo terus terus an memikirkan Rose.
Bagaimana bisa ia sejahat itu terhadap Rose yang lemah lembut?
Sesampainya di kost irene dengan cepat ia mengetuk pintu, tak lama Irene keluar dengan baju tanktop dengan celana pendek.
"Sudah lama sekali, apakah Rose tidak melarangmu?" Tanya Irene sembari tersenyum kecil.
Bukannya menjawab Jisoo malah menarik Irene masuk kedalan kost, "Aku ingin bicara serius"
Tak berapa lama Jisoo menjelaskan masalahnya pada irene, irene mengangguk mengerti dan menghela napasnya berat. "Huhhh maaf selama ini aku harusnya mengakui bahwa aku tidak bisa memiliki anak.. karna saat pernikahan pertama aku, aku sedang mengandung tetapi aku menjalani operasi pengangkatan rahim, karna ada kista disana dan membuat aku tak bisa memiliki anak"
Jisoo terdiam, dan menunduk mencoba untuk mengontrol emosinya. "Aku ingin kamu bertanggung jawab Jisoo.." lirih irene yang menarik tangan Jisoo dan menggenggam nya.
"Ini bukan tentang Rose main belakang, Rose anak baik. Kembalilah sebelum terlambat Jisoo" pinta Irene dengan suaranya yang pelan.
Ia mengerti perasaan Rose sekarang, pasti sangat kacau apalagi di usia muda harus mengurus seorang anak.
Mendengar ucapan Irene, Jisoo meringis dengan cepat ia berangkat untuk kerumah Rose.
Sesampainya disana Jisoo langsung menekan bel rumah Rose, tetapi tidak ada orang yang menjawabnya.
Tak lama keluarlah seung gi, "Siapa?" Tanya seung gi dengan keadaan dirinya sudah siap untuk pergi sepertinya.
Jisoo bisa melihat pakaian rapih seung gi dengan menggunakan masker dan kacamata juga.
"Om.. ada Rose?" Tanya Jisoo pelan.
Mata seung gi menyipit lalu menggelengkan kepalanya, "Gada" setelah berucap dingin seung gi menutup gerbangnya dan kembali kedalam Rumah.
Jisoo merasa aneh, akhirnya ia memutuskan untuk menelepon Rose tapi sepertinya nomor miliknya telah di blokir.
Di sisi lain Rose tengah terduduk di ruang tamu dengan memperhatikan suzy yang sedang mengemaskan barang barang dan memasukkannya ke koper.
"Mom..." lirih Rose.
Suzy menengok ke arah Rose sebentar lalu tersenyum dan kembali mengemaskan barangnya.
Mata Rose melihat seung gi masuk kedalam lagi dan segera menanyakan siapa yang datang. "Dad.. siapa yang datang?"
"Tidak di kenal" jawab seung gi dingin.
Rose yang mengetahui ayahnya masih marah hanya bisa terdiam dan menunduk merasa bersalah.
Setelah siap Rose masuk kedalam mobil, "Mom.. Rose ga siap untuk berpisah sama Jisoo.." lirih Rose menggenggam tangan suzy.
Suzy mencoba meyakinkan anaknya dan mengangguk kecil, "Ini yang terbaik Rose"
Jisoo yang sudah pergi dan menghampiri kerumah Lisa , ia bercerita dan mencoba menerima saran Lisa.
"Salah lu Jis, gua juga ikut kecewa" lirih Lisa yang menggelengkan kepalanya tak menyangka temannya melakukan hal seperti itu.
"Terus gua harus gimana lis"
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
La réponse c'est l'amour <Chaesoo>
FanficWARN BAHASA NON BAKU BUAT ADICK KECIL JANGAN SALAH LAPAK ADUHH