eps 22

326 25 1
                                    

Penulis: Wiwi Ramadani
eps 22: 16/06/2023

****

Diruangan putih steril dengan suara alat-alat rumah sakit membuat siapapun tegang itu seorang gadis berbaring dengan kain kasa yang melingkar di kepalanya dengan beberapa alat yang menempel dibadannya. Matanya tertutup cantik dengan bibir pucat pasi.

Lain halnya di depan ruangan, beberapa orang menunggu disana dengan perasaan khawatir. Seorang cowok terus memandang kearah pintu UGD dengan tangan terkepal kuat.

"Arlan, mama takut nak.." wanita disebelahnya terus menangis dari tadi.

Cowok yang dipanggil Arlan itu menoleh mendapati Mamanya dengan wajah pucat. Ia segera memeluk nya menyalurkan ketenangan dan tapi justru dirinyalah yang tidak tenang.

Bertahun-tahun ia mencari Bella adiknya, tapi kenapa justru ia menemukannya disaat kondisinya sangat tidak memungkinkan.

Arlan mengusap rambutnya kasar. Seandainya ia langsung ke lantai atas rumah Arham dia akan menemukan Bella dan menyelamatkannya. Namun sayanngnya, semuanya sudah terjadi tanpa mengizinkannya bertindak apapun.    

Pintu ruangan terbuka, Arlan dan Varissa-mamanya langsung berdiri menunggu hasil pemeriksaan Bella. Jantung mereka berdetak 2 kali lipat dari biasanya.

"Maaf, kondisi saudara Bella saat ini sangat tidak memungkinkannya untuk bertahan. Benturan dikepalanya sangat keras dan juga luka beberapa hari yang ia dapat belum sembuh total."

Arlan mengepalkan tangannya, ia berjanji. Siapapun yang menaruh luka pada tubuh adiknya tak akan ia beri ampun.

"Badannya penuh memar hasil cambukan dan pukulan." dokter laki-laki itu menarik nafas. "Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, saudara Bella dikatakan koma dalam waltu yang lama. Kami akan melakukan yang terbaik agar pasien mendapat penanganan yang memadai."

Varissa jatuh dengan tangisan yang membuat hati Arlan seketika merasa marah. Cowok itu langsung berjalan pergi, beberapa orang disebelahnya langsung mengikuti.

"Jaga dia." kata Arlan sebelum pergi terhadap anak buahnya yang berada di sebelah Varissa.

"Baik."

"Menurut laporan, Bella mendapat luka dikepalanya saat ada tawuran disekolahnya. Dan pelaku adalah siswa dari sekolah tetangga yang berjumlah 4 orang saat itu."

"Kumpulkan mereka di markas." ucap Arlan dengan dingin.

"Baik bos!" beberapa anak buahnya langsung bergegas pergi. Sedangkan Arlan langsung menaiki dan memacu mobilnya ke markas.

****

Nabila meringis saat darah di bahunya tak juga berhenti. Ia terus mengumpat, kenapa tidak membunuhnya saja tadi. Padahal ia sangat senang saat pistol itu mengarah kepadanya dan ia berfikir, penderitaannya akan segera berakhir.

"Kenapa tak membunuhku saja tadi!!"

"Menurutmu kenapa?" Arlan balik bertanya.

Nabila mendongak menatap cowok itu dari balik kaca. "Bunuh saja aku!"

"Kau yang akan diuntungkan jika begitu, menurutmu aku akan membiarkanmu tidak tersiksa? tidak semudah itu. Kau membuat adikku diambang kematian dan ini saatnya kita bermain-main.." Arlan dengan senyum manisnya memasuki jeruji besi itu dengan belati ditangannya.

"Jangan mendekat!"

"Menurutmu aku akan mendengarmu??" Arlan terkekeh kemudian menggores pipi Nabila dengan belatinya.

"Shh.." ringis Nabila. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karna tangan dan kakinya diikat begitu kuat.

"Berhenti mengeluarkan suata atau aku akan semakin menggores tubuhmu." ucapnya dengan dingin. Arlan kini menggores lengan Nabila memanjang. Ia tersenyum puas.

I'M YOURS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang