"Maka diputuskan, Keberangkatan kita akan dilakukan tengah malam nanti. Bersama, bukan hanya untuk mencapai Istana Aita, melainkan menyelamatkan para warga."Teriakan setuju berseru, sorak sorak beta di aula memenuhi telinga.
"Siapkan diri kalian," Mingyu bangkit setelah duduknya di tengah tengah para Beta selama lebih dari satu setengah jam lamanya, "Kalian adalah Beta terbaik yang paling mengerti bagaimana jalannya dunia, Jadi ku harap kalian bisa membantu mengembalikan dunia sebagaimana yang seharusnya."
"Siapkan kuda dan gerobaknya. Bereskan barang barang kalian. Rapihkan makam juga ucapkan salam perpisahan pada desa sekarang," Perintahnya sambil berjalan keluar Aula.
Para Beta mulai bekerja. Melakukan sesuai intruksi dan keputusan yang mereka musyawarahkan bersama.
Matahari bersinar terang, panas nya tak dihiraukan. Terimakasih atas keyakinan Mingyu, dukungan Pak tua Gojin juga semangat para Beta. Sekali lagi harus kutuliskan, Beta Raison D'être adalah malaikat dari surga.
Mingyu di luar aula menghitung jumlah kuda yang sedang di jajarkan, "Bagaimana dengan ternak lain? Kalian yakin akan membiarkannya disini?" Tanyanya kepada para pria disana.
"Kami tak mungkin membawa mereka, kurasa mereka tak akan mati di rerumputan Aita."
Lelaki lain menambahkan, "Lagipula, kami tak yakin bisa menjaga mereka disini," Ia menuntun kuda terbesar mendekat pada Minyu, "Kami lah yang akan di jaga oleh mu, Alpha."
Seekor kuda hitam, gagah berdiri di sebelah Mingyu. Sudah di pasangi pelana di atasnya, Siap di tunggangi sang Alpha.
"Terimakasih."
.
"Terimakasih."
"Tentu manis," Bibi Younghee tersenyum ramah. Setelah mengusak rambut Minghao gemas ia berlalu bersama loyang pie nya. Meninggalkan Minghao dengan sepotong cemilan manis yang ia yakini akan jadi makanan kesukaannya sekarang.
4 hari tinggal bersama di Natsukasii, Minghao merasa berada dirumah sendiri. Ia tak menyangka Wonwoo dan Soonyoung mampu mempertemukannya kembali dengan nenek dan bibinya.
Minghao tak pernah ingat tinggal di tempat ini karena dulu ia masih sangat kecil, namun suasana dan foto foto bayinya sudah membuktikan bahwa 2 wanita paruh baya ini adalah keluarganya.
"Apa kau suka pienya Alpha?"
"Aku omega nenek."
"Kau gagah seperti seorang Alpha."
"Benarkah?" Lucu, Minghao selalu gemas bicara dengan wanita tua itu, "Apa semua Alpha gagah perkasa nek?" Ucapannya kadang aneh namun jujur.
Tak ada jawaban. Minghao hanya menatap nenek yang selalu berjalan dengan tongkat itu sambil tersenyum manis. Sesekali mulutnya terbuka untuk melahap pie buatan sang bibi. Meja dan kursi kayu yang Minghao duduki berbunyi kala omega manis itu bergerak untuk mendekat pada sang nenek di hadapan.
"Hng? Nenek mau bilang sesuatu?"
"Kau," Ucapannya terpatah patah, "Kau."
Bocah Philomath kebingungan, "Aku? Ada apa?"
Senyap kembali. Minghao kadang gemas sendiri. Namun ia memaklumi wanita tua ini. Usianya sudah hampir 1 abad, namun luar biasanya masih senang berjalan jalan dan memuji orang orang sekitar.
Minghao mengakhiri makan cemilannya. Ia bangkit untuk membereskan tempat bekas makan yang sudah ia gunakan. Namun kala melewati sang nenek yang masih duduk, tangan lelaki 18 tahun itu ditahan perlahan.
![](https://img.wattpad.com/cover/343062529-288-k556285.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphas - The War
FantasíaPara Alpha itu akhirnya memutuskan untuk berperang. Baca cerita sebelumnya Alphas - Gyuhao