XVI

372 60 3
                                    

Ludah bahkan tak sanggup Soonyoung telan. Ia lihat betapa khawatirnya Seungcheol di sampingnya. Namun Alpha Artemis itu berteriak menyuruh Raja Oryn untuk fokus saja pada musuh di hadapan.

Jirahnya tak berguna lagi. Perut Soonyoung sudah berkali kali tergores. Darah dimana mana bersama luka sobek yang menganga. Soonyoung sekuat tenaga bertahan dan melawan. Walau juga musuh dari depan dan belakang berebut menyerangnya.

Telinganya bosan mendengar suara pedang yang beradu. Jerit manusia dan teriakan kuda kuda disana bak memental dari telinganya. Dan kini tak hanya dada yang terasa begitu berat. Tubuhnya sendiri bak berbobot ton ton saja rasanya. Soonyoung tak mampu lagi menopang tubuh dengan kakinya.

Tapi belum jatuh badan itu, sebuah tangan melingkar di pundaknya. Nafas Soonyoung yang hampir habis itu tertahan kala ia lihat siapa pelakunya.

Kuda coklat yang menunggu Wonwoo tarik mendekat pada tubuh yang ia rangkul. Menaikannya sambil meminta Soonyoung bertahan sebentar. Raja Javan tak hanya sibuk dengan tubuh Soonyoung, tangannya juga sibuk menebas para musuh di sekitar.

Setelah ikut naik, Wonwoo bawa kuda yang di tungganginya mundur dari lapangan. Bersama tubuh Soonyoung di depan, ia memicu kudanya supaya berlari cepat sehingga para musuh tak menyerang mereka.

Melihat itu Seungcheol lega. Ia kini berteriak menyuruh para pasukannya berjalan semakin kedepan untuk menerkam para lawan.

.

Suara kebingungan para pengawal menuntun Hansol bersama kudanya. Ia sampai di Benteng pasukan Cappodacia, Meninggalkan peperangan bersama rasa penasaran. Ia hanya ingin bertemu Siwon, itu saja.

Namun sesaat ia turun di depan gerbang benteng yang di jaga para pengawal, Pintu yang terbuka di sana langsung menyuguhkan wajah tertutup para prajurit yang tanpa izin apalagi aba aba menariknya kedalam.

Pria muda itu di seret kencang. Orang orang disana seolah lupa siapa sosok yang mereka sedang bawa. Tanpa penghormatan, Hansol di perlakukan bak seorang tawanan.

Namun hal itu ternyata membawa Hansol pada sosok yang ia harapkan. Siwon seperti habis sarapan, mulutnya ia lap dengan sebuah sapu tangan, meminta maaf pada Raja Muda karena sempat pengawalnya seret, "Maaf aku makan terburu buru saat dengar kau datang. Tapi aku tak bisa mengajakmu sarapan bersama Yang Mulia," ucapnya tanpa Konteks.

Geram. Hansol tak berusaha melepaskan diri karena ia tahu itu percuma. Jadi ia hanya bertanya dengan nada mengintimidasi, bersama Feromonnya yang sudah tak tahan untuk keluar, "Apa apaan kau?"

Siwon mengangkat alis.

"Permainan apa yang coba kau mainkan?"

"Aku tak bermain, nak."

Alpha Oryn tua disana tersenyum. Kakinya maju mendekat pada Hansol yang kedua tangannya masih di tahan. "Kau hanya bodoh."

Mungkin sudah tahu akan menang, Siwon tak lagi menyembunyikan apapun. Ia perlihatkan sikap aslinya. Arogan, Egois dan tak berkemanusiaan. Ia mendorong kening Hansol dengan jarinya, lalu tertawa sambil berbalik dan berlalu.

"Kau yang membunuh Ayahku!?"

Langkah Siwon terhenti. Ia lantas berbalik lagi, senyumnya belum hilang dari mulut yang kini terbuka, berkata, "Bukankah sudah jelas?"

"Sialan! Kau Alpha Bajingan—"

"Hahahahahaa!"

Hansol kini memberontak. Namun tetap saja, 1 melawan 10 pengawal berbaju besi dan senapan tak setara dengannya. Ia lagi lagi di seret pergi meninggalkan Siwon yang puas menikmati hiburan pagi hari.

Alphas - The War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang