Ajaib. Otak Hansol seolah bekerja otomatis sejak Siwon menyatakan rencana perangnya. Kini bahkan setelah membuka mata, yang ia pikirkan hanya soal kemenangan dan strategi melawan kerajaan yang bahkan keberadaannya belum pasti.Pihak Cappodacia baru datang tadi siang bersama berlembar lembar kertas juga pesan untuk Hansol sang Raja Orison. Di dalamnya, berisi peta dan berbagai informasi yang Hansol yakini, "Ini belum pasti?"
"Kami menggali informasi semampu dan secepat mungkin yang kami bisa," ucap seorang pria utusan Cappodacia.
Dalam kursi kayunya Hansol melirik sang jenderal, Pemimpin perang yang menautkan alis dengan heran. Alpha 30 tahun itu bertanya, "Jadi kalian ingin kami pergi kesana dan menembaki mereka? Bukankah kita bahkan belum mendapat balasan ata—"
"Kekacauan yang terjadi sekarang adalah ajakan perang dari Tulgey. Tuan Siwon bilang bahwa Tulgey lah yang sedang menunggu kita."
"Kita bisa mati jika keadaan disana belum pasti."
"Sudah di pastikan, Pak. Kerajaan itu masih sama seperti dahulu. Senjata mereka kemungkinan besar belum secanggih yang Orison miliki, maka kemungkinan menang begitu besar."
Athene muda meringis, dalam hati terasa tendangan luar biasa. Apa itu? Pertanda apa itu? Hansol ingin tahu apa yang akan sang ayah lakukan disaat seperti ini?
Cappodacia menawarkan kerja sama, namun hingga hari ini berita yang datang seolah meminta Orison berperang sendirian. Mana kawan? Apa yang Siwon sebenarnya rencanakan?
"Bagaimana Jenderal?"
"Kita bisa pergi ke sana Yang mulia, persiapan kita sudah matang. Namun apa kau yakin, musuh benar benar ad—"
"Tulgey itu nyata adanya Jenderal, mereka hanya bersembunyi. Mereka ada."
Hansol berdiri. Semua orang menatapnya, namun mata Alpha Athene di arahkan pada pemimpin keamanan Negara yang berdiri di ujung ruangan, "Bagaimana rakyat kita?"
"Mereka baik baik saja. Namun ku dengar, Di negara lain, Alpha dan Omega di pisahkan dari para beta."
Kini mata raja muda itu mengarah pada Utusan Cappodacia yang lain, Wanita yang sepertinya seorang beta itu tersenyum kecil, "Kami menghindari bentrok yang kemungkinan terjadi. Juga," Wanita itu sempat menelan salivanya, lalu lanjut bicara, "Beberapa buronan asal Tulgey belum tertangkap, Kami sekalian mencari mereka."
Mereka, para utusan Cappodacia adalah orang orang cerdas. Alpha, Omega dan Beta yang bergantian datang selama ini selalu memberi penjelasan baik dan membuat Hansol puas. Namun, entah mengapa hatinya terus berteriak. Hansol seolah tak yakin dengan sesuatu yang, Hansol tak tahu apa itu.
Ia lirik kembali Jenderal yang sibuk menatap dan mengotak atik kertas kertas di meja. Bersama rekannya mengobrol, lalu tertarik perhatiannya saat sang raja memanggil mereka.
"Kalian siap?"
"Tentu yang mulia, walau ini perang pertama yang kami hadapi, Namun kami bisa tangani."
Anggukan diterima. Masing masing dari orang orang penting di Orison ini mulai membahas pekerjaan mereka. Hansol di tengah memperhatikan semuanya. Lalu saat ia berniat bicara, sebuah teriakan dari luar ruangan menarik perhatian.
Dobrakan pintu tak di hiraukan, Hansol dan yang lain fokus pada kata kata 2 Alpha yang bilang, "Desa di ujung Timur di jatuhi bom pagi tadi yang mulia!" Ucap salah satu dari mereka tergesa, "Kurasa anda harus datang dan lihat pesan yang mereka bawa!"
Tulgey? Apakah itu kalian?
.
Minghao mengusap dadanya. Sakit padahal ia tak lakukan apa apa. Ia dan yang lainnya, lagi lagi harus naik sebuah mobil selama berjam jam lamanya. Entah di bawa kemana. Namun sekarang, yang Ia lihat adalah sebuah pelabuhan. Sejauh apa sebenarnya ia akan pergi?

KAMU SEDANG MEMBACA
Alphas - The War
FantasyPara Alpha itu akhirnya memutuskan untuk berperang. Baca cerita sebelumnya Alphas - Gyuhao