XX

619 81 28
                                    

Sepi. Lapangan masih di pijak oleh orang yang sama sedari tadi. Tak ada yang bergerak apalagi berani lari. Semuanya masih menatap ke tengah kerumunan dimana 3 Oryn berada kini.

Seokmin dan Jun salah satunya. Alis bertaut menahan rasa terkejut menatap apa yang ada di hadapan mereka. Begitupun Heechul dan Hyunbin yang masih bersama darah bercucuran menunduk sesekali. Hansol dan Chan bahkan tak berani menggerakan diri.

Semuanya, semua orang disana terpatung setelah melihat apa yang terjadi. Oryn saling menghabisi satu sama lain. Menyisakan satu orang—Mingyu— karena 2 lainnya sudah terkulai lemas di bawah. Pangeran yang menghentikan keributan dengan menusuk sang paman kini mulai berdiri setelah terduduk cukup lama tadi.

Bahkan Alpha itu mulai melangkah, berjalan dengan menyeret pedangnnya untuk setidaknya bergeser supaya tak terlalu dekat dengan mayat 2 kerabatnya.

Kepala orang orang mulai bergerak. Berbisik halus bahkan sedikit berucap pelan. Ada pula yang menjerit panik kala pedang yang Mingyu genggam ia bawa naik. Semua orang takut hal yang mereka tak inginkan terjadi. Namun tak seperti yang orang orang pikirkan, Mingyu tak berniat menyusul sang kakak ataupun sang paman. Pangeran itu justru berujar, "Maaf."

Pedang di tangannya tersimpan di dada. Menyilang dimana getar terlihat dari tubuhnya. Suaranya parau namun tetap tegas, berteriak, "Maafkan kami."

"Seluruh kekejian sejak 50 tahun lalu sepenuhnya salah kami. Oryn—" terdengar Mingyu menarik nafasnya dalam. "Oryn adalah dalang dari semua masalah di bumi."

Pria itu menunduk sebentar, setetes air terlihat jatuh dari dagunya kala ia kembali mengangkat kepalanya sambil berkata, "Maafkan atas pedih dan siksa yang selama ini kalian alami. Kami, benar benar menyesal dan mengutuk seluruh perbuatan kami."

Mingyu menjatuhkan lututnya. Berlutut ia disana. masih dengan pedang di dada, ia meminta ampun yang sebesar besarnya pada seluruh umat manusia.

"Maaf karena telah membawa kalian, seluruh penduduk bumi ke neraka ini."

.

Laporan yang di berikan pada Wonwoo menyatakan bahwa pasukan lain datang dari arah selatan dan timur. Walau sempat khawatir Raja Javan di buat lega kala tahu bahwa 2 pasukan baru itu merupakan pasukan yang kemungkinan membantu Seungcheol memenangkan perang.

Alpha Javan entah mengapa ingin sekali pergi ke ruang medis sekarang. Ia lantas berjalan cepat kala firasatnya bertambah buruk.

Dan benar saja.

"Minghao?"

"Yang Mulia!"

Tangis Minghao disana.

Perlahan Wonwoo masuk. Berdiri di sebelah si manis yang matanya sudah lama basah. Banyak perawat berkerumun di depan ranjang, memeriksa ini, memeriksa itu. Namun jelas sekali mereka tahu bahwa pasien mereka, Yang Mulia Jeonghan sudah tiada.

"Apa ini salahku?"

Kepala Wonwoo bergerak ke kanan, Omega yang nampak berusaha menutupi tangisnya nampak tak tenang. Lengan bajunya sudah basah oleh air mata, Minghao perlahan-lahan bicara, "Mereka wafat di hadapanku."

"Apa maksudmu?"

Minghao melirik ke kiri atas dimana Raja Javan menatapnya khawatir. Namun mata berair Minghao membuatnya tak bisa melihat apapun selain air mata. Lantas Minghao kembali menunduk. "Raja Athene, dan Kini Yang Mulia Jeonghan."

Tertegun, Wonwoo hatinya terasa pecah. Anak muda di sebelah membuatnya membisu. Si manis kini di dekap perlahan, Raja Javan berusaha menenangkan.

Entahlah, Minghao merasa telah membawa sial. Namun tangisnya bukan hanya karena ia takut, melainkan juga terpukul mengingat kematian artinya perpisahan.

Alphas - The War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang