Apa boleh mencintai?
Manusia hidup bersama dengan banyak hal yang tak terlihat. Itu membuat mereka kesulitan mengerti dan tahu sungguhkah yang mereka rasakan adalah sebuah ilusi atau justru hal nyata.
Simpati, Cinta, rasa iri, sedih bahkan bahagia, apa semuanya nyata?
Hal hal yang sebenarnya bisa di pastikan dengan bertanya pada diri sendiri. Namun apa mereka bisa mempercayai diri mereka sendiri?
Walau tak mengerti, tapi hati terus berteriak meminta untuk pergi.
Mingyu menatap api unggun yang kini di matikan oleh Hyungwon tak jauh dari tempatnya duduk sedari tadi.
"Sudah sangat dekat," Lapor Alpha itu berbisik, "Ku yakin mereka yang di tugaskan bersembunyi di sekitar camp sudah di tempat."
Putra Oryn tersenyum, mengangguk. "Kalau begitu kita pergi begitu pagi datang," Ucap Mingyu pada Hyungwoon di hadapan, "Rencanamu luar biasa, Terimakasih."
Yang di ucapi hanya mengangguk lalu berlalu. Sedangkan pangeran Solasta terdiam. Pikiran kacaunya sudah lama terhenti, seolah di bekukan oleh hati. Jiwanya meminta untuk segera bertindak, maka kini raganya sampai disini.
Setengah dari prajurit istana Aita ikut Mingyu ke Cappodacia. Sudah seminggu lamanya mereka pergi dari tanah penuh bunga bunga. Para Alpha asing yang Mingyu temukan juga ikut kesana.
Rencananya hanya satu : Menemui Siwon.
Jika di tanya, Apa Mingyu takut sehingga membawa banyak Alpha bersamanya. Jawabannya adalah Iya. Mingyu luar biasa takutnya hingga ia bahkan tak berani melangkah sendirian.
Desah pendek Oryn muda keluarkan. Ia melirik Kuda hitamnya, Max yang nampak tak kelelahan sama sekali walau sudah berjalan beribu ribu kaki. Sungguh tak salah para warga Aita yang menjodohkannya dengan kuda gagah ini.
Maka kemudian disini lah keduanya berada. Sebuah Camp yang nampak seperti kandang.
Di jeruji oleh kawat kawat besi tinggi. Mingyu tak melihat apapun yang menarik hati selain tenda tenda dan mobil pasukan tentara negeri. Beberapa penjaga terlihat sedang berdiri bersama senjata api, mereka bak sedang menjaga napi.
"Gila," gumam Alpha Solasta.
1 kilometer lagi Max berjalan perlahan, Menghindari tertangkap oleh orang orang. Dingin angin dini hari sudah terasa menusuk hingga daging tubuh Mingyu, namun tak di hiraukan karena kini sebuah Campervan nampak tak jauh menarik perhatiannya, seolah menunggu Mingyu.
Firasat wira dengan kudanya tak terlalu baik, Terlalu sepi disini. Tak ada penjaga seperti di Camp tadi, namun lampu pada mobil masih menyala. Kemungkinan ada seseorang disana.
Mingyu bertanya tanya, Apa mungkin itu tempat Siwon berada?
Max di sembunyikan tak jauh di balik pepohonan, lalu Mingyu berjalan kearah Campervan pertama. Mengendap endap, ia intip bagian depan, harap harap cemas ia bahkan mencoba mengendalikan supaya feromonnya tak keluar.
Kosong. Tak ada orang di belakang setir maupun kursi di sebelahnya.
Pintu bagian belakang Mingyu coba buka, namun sama seperti pintu supir, keduanya terkunci.
Jadi Mingyu coba Campervan lain disebelahnya. Ia lakukan hal yang sama dengan memeriksa bagian depan terlebih dahulu. Kemudian pintu gesernya, namun sama saja, terkunci.
Hembusan nafas keluar dilakukan, Mingyu melihat sekitar. Begitu sepi, tak ada siapapun disini. Bahkan harum nya terlalu alami. Seolah tak ada omega ataupun Alpha yang menginjakan kaki kurang dari 3 hari. Bisa jadi, mungkin karena ini di tengah sebuah lapang dengan tebing bebatuan di sisi. Pohon pohon juga berdiri, tinggi. Tak heran tak ada kehidupan disini. Di dukung juga oleh waktu yang belum menunjukan tanda pagi hari, masih gelap dan orang normal masih terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphas - The War
FantasyPara Alpha itu akhirnya memutuskan untuk berperang. Baca cerita sebelumnya Alphas - Gyuhao