EPILOG — ALPHASKalung hadiah dari Wonwoo Minghao genggam erat.
"Kado tahun lalu sebenarnya adalah sebuah jam yang sudah mati. Tapi karena jam itu sangat cantik, jadi aku perbaiki itu sendiri. Seseorang mengajarkannya padaku."
Tapi, Hadiah hadiah itu ternyata bukan dari Wonwoo.
"Sedangkan liontin hijaunya, aku menambangnya sendiri."
"Kau..."
"Ya. Aku belajar banyak hal."
Minghao sejak dulu tahu. Ia selalu merasa Mingyu ada walau wujudnya tak pernah di lihatnya. Keyakinan tak berdasarnya ternyata benar. Mingyu tak pernah meninggalkannya.
Matahari belum terbit, hanya cahaya kecil dari timur yang mulai naik. Mingyu dan Minghao duduk di kursi halaman depan rumah Bibi Younghee. Masih dengan piyamanya Minghao menatap Kalung yang ia pikir adalah sebuah hadiah dari Wonwoo. Nyatanya, semua benda cantik dan indah itu merupakan titipan Mingyu untuknya.
Minghao memutar kepala. Sejak cerita Mingyu soal rasa senang atas Minghao yang ternyata begitu suka dengan pemberiannya, Minghao hanya tertunduk. Maka pertanyaan, "Dari mana saja?" Yang keluar dari mulut si manis membuat Mingyu merasa lega, ia takut Minghao tak mengharapkan kehadirannya.
Senyum tergulir. Mingyu mengusak pelan poni si manis yang masih nampak tak percaya disisi.
Setelah peluk sesaat mereka di depan pintu, Mingyu mengajak Minghao untuk duduk dan mulai bercerita karena Minghao bertanya mengapa ia tahu dan begitu senang saat melihat kalungnya.
Ya. Mingyu tak pernah absen menghadiahi Minghao setiap tahun.
"Maafkan aku."
Di setiap perjalanan Mingyu, selalu ada nama Minghao yang turut menemaninya.
"Apa kau marah?"
Minghao terdiam. Campur aduk hatinya, namun rasa yang paling besar adalah kebahagiaan.
"Aku senang kau kembali," Ucap Minghao pelan. "Tapi aku tentu marah karena kau pergi tanpa mengatakan apapun selain—"
"Tunggu aku," "Tunggu aku."
Keduanya berucap bersamaan. Saling menatap satu sama lain di terangi matahari yang pelan pelan naik kepermukaan.
2 kata yang bagi orang mungkin tak seberapa, namun untuk Mingyu apalagi Minghao 2 kata itu bak sebuah tihang untuk terus di pegang. Sebuah janji yang harus sama sama di tepati.
Minghao harus menunggu Mingyu.
Mingyu pula harus kembali untuk memenuhi ucapannya.
Dan keduanya berhasil memenuhi janji itu.
Mingyu mengerti tanpa perlu di jelaskan. Pelukan di awal pertemuan mereka sudah membuktikan, bahwa Omega manis di sebelahnya begitu sabar menunggunya. Juga fakta bahwa keduanya sejak dulu bak sudah terikat sesuatu turut menggambarkan, kalau Mingyu maupun Minghao memang tak akan terpisahkan.
Mingyu tersenyum lagi. "Terimakasih," ucapnya penuh kasih. Yang di balas sebuah genggaman di tangan, bersama senyum yang tak kalah hangat dari matahari yang mulai naik.
Perlahan keduanya mendekat. Tangan yang lebih besar di pindahkan supaya bisa melingkar di bahu Omega Philomath. Si manis juga tak mau kalah dengan menempelkan pundaknya ke dada Alpha di sebelah. Memungkin keduanya untuk segera menyatukan bibir satu sama lain.
4 tahun terpisah, Baik Mingyu maupun Minghao tak merasa kehilangan. Bukan karena tak lagi punya perasaan, namun karena ternyata keduanya merasa di peluk satu sama lain dari kejauhan.
![](https://img.wattpad.com/cover/343062529-288-k556285.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphas - The War
FantasyPara Alpha itu akhirnya memutuskan untuk berperang. Baca cerita sebelumnya Alphas - Gyuhao