"Menakjubkan," Ucap Raja Javan mendengar cerita soal perjalanan Minghao sejak keluar dari istana.
Wonwoo tersenyum kecil sesaat setelah ia dan Omega manis yang sedari tadi berjalan dengannya itu sampai di depan sebuah pintu. "Tapi apakah sebuah pilihan yang salah dengan mengirimmu ke Natsukashi saat itu?"
Minghao menggeleng. "Sama sekali tidak."
Ya. Minghao memang menderita. Namun jalan yang ia temukan setelah di kirim ke keluarganya di Natsukashi membuatnya sadar akan banyak hal.
Wonwoo mendorong pintu di depannya sambil berkata, "Syukurlah kalau begitu. Dan Ku harap kau tak keberatan jika ku memintamu menemani Yang Mulia."
"Maaf, Siapa?"
"Jeonghan."
Ruang medis kini hanya berisi seorang Omega duduk bersandar di ranjang yang terlihat sesak bagi Minghao. Namun senyum ia pasang sebagai sebuah salam yang di balas oleh senyum tak kalah indahnya dari yang di hadapan.
Wonwoo pergi setelah memperkenalkan Minghao pada Jeonghan. Omega Philomath kini hanya berdiri kikuk karena bingung harus melakukan apa.
Namun Jeonghan mencairkan suasana.
"Jadi kau Minghao yang waktu itu?"
"Mhmm," Balas Minghao dengan anggukan.
"Harummu seperti Mingyu."
"Huh?"
.
.
.Seokmin memerintahkan seluruh pasukan berhenti. Ia melirik sang Ayah yang juga nampak melihat hal yang sama dengan dirinya.
"Siwon menyembunyikan mereka disini rupanya," Gumam Seokmin. "Apa yang harus kita lakukan pada mereka, Ayah?"
Raja Lorcán diam. Kepalanya berputar kemudian, sambil menatap tajam mata putranya itu ia berkata, "Menurutmu, Apa yang harus kita lakukan?"
Sepi. Dari tempat Jun duduk dalam kudanya terlihat samar samar pasukan berbaju besi yang nampak tak sadar akan hadirnya pasukan dari Bathic ini. Mungkin karena jarak yang cukup jauh dan Seokmin yang memerintahkan pasukannya untuk tak banyak menarik perhatian, Para Pasukan yang Jun yakin sekali mereka adalah pasukan Cappodacia tak menyadari mereka.
"Apa yang mereka lakukan disini," Tanya Jun pada dirinya sendiri. Mengingat jarak Benteng Cappodacia ataupun arena peperangan masih sangat jauh dari posisi mereka sekarang. "Apa mereka sedang bersembunyi?"
Kembali ke posisi depan, Seokmin sudah memutar kepalanya kembali. Ia kini bertanya, "Bolehkah, Ayah?"
Nafas Raja Lorcán di buang. Ia tak menanggapi namun Seokmin tetap mengerti. Alpha muda itu lantas menelan ludahnya dan bersiap maju namun kini pedang yang awalnya tersimpan rapi di wadahnya ia tarik keluar.
Tak lupa Seokmin berujar, "Pasukan." Kini suaranya ia lantangkan, "Serang!"
.
.
.
.Soonyoung menjatuhkan pedangnya. Ia berjongkok kemudian melihat ke kiri atas dimana seorang musuh datang dengan pedang terangkat berniat menyerangnya. Namun kala kepala Alpha Artemis itu menunduk untuk menghindar, terdengar suara nyaring besi yang beradu kasar.
"Agh! Kau datang."
Mata Soonyoung tampak bergetar. Ia lantas berdiri setelah mengambil pedangnya.
"Tidak. Aku kembali," Ucapnya sambil menebas musuh musuh di hadapan. "Kau, kemana saja?"
Mingyu juga melakukan hal yang sama. Ia terus menerus menggunakan tangan penuh luka dan darah itu untuk mengayunkan pedang. "Aku juga baru kembali."
Di sisi lain, Chan tanpa beban menyerang musuh musuh dihadapan. Walau ia ada di bagian belakang, Alpha muda itu tetap senang dan penuh semangat untuk menang. Beberapa kali mata pasukan Mingyu yang melihatnya dan berteriak bingung bahkan marah atas kehadirannya, Namun Chan membuktikan bahwa ia bisa melakukan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphas - The War
FantasíaPara Alpha itu akhirnya memutuskan untuk berperang. Baca cerita sebelumnya Alphas - Gyuhao