XI

508 66 0
                                    


Tetes terakhir itu terasa begitu nikmat. Jun menyimpan botol air yang di berikan prajurit Bathic sebelum terbang kembali ke negara mereka ke tas di pundaknya.

2 hari Jun berjalan, apapun yang ia cari yang pasti berhubungan dengan kehidupan. Karena Jet pribadi itu menurunkan Jun di sebuah lapang besar tanpa ada satupun orang, tanpa bertanya tanpa memberi saran Jun turun dan begitulah bagaimana ia bisa di sini sekarang.

Pikirannya beradu. Seokmin dan Kerajaanya menjadi Top Tier di kepala. Bagaimana pangeran Lorcán itu ternyata memanfaatkannya. Sungguh, Jun merasa di khianati. Dan apa apaan pelajaran perang itu? Beradu pedang dan pedang bahkan tak akan memberinya kemenangan. Perang zaman ini akan berbeda dengan masa lalu yang suram! Jun sedikit menyesal telah membuang waktunya untuk itu.

Luar biasa karena tak ada kehidupan. Orang orang seolah lari dari tempat tinggal mereka. Namun kini ia ingat kala melihat sebuah palang penghalang di sebelah rel kereta.

Ini Cappodacia.

Sejenak Jun berdiam diri menghadap rel itu sendiri. Bayangan mimpi buruknya itu kembali. Rasa sakit di hati nya terasa lagi. Rasa bersalahnya masuk dan menetap di hati. Dan semua itu memompa rasa marahnya lebih dari kemarin.

Bungkuk hormat Jun lakukan, untuk mereka yang pergi dan tak bisa kembali, Jun harap di beri kebahagian di surga sana, Jika memang surga itu ada.

Suara berisik masuk ketelinga, Tubuh jangkungnya berbalik mencari tahu dari mana asal suara yang syukurlah ada, sebab sudah selama ini tak Jun dengar ricuh menggema.

Kaki kuda dan suara armor yang beradu begitu bising di telinga. Jun lari kala sadar itu adalah pasukan perang. Alpha Tulgey bersembunyi cukup jauh, ia tak mau terlihat apalagi tercium oleh pasukan itu. Sambil mengawasi, Jun terus bersembunyi.

Para Alpha cukup membuatnya terkagum dan sedikit takut. Mereka Alpha Cappodacia, semuanya membawa senjata. Luar biasa karena begitu banyaknya. Jun bertanya tanya, Apakah itu adalah seluruh prajurit dan tentara negeri ini? Cappodacia ternyata memiliki banyak Alpha!

Berjejer sungguh panjang. Pasukan paling depan menunggangi kuda. Sekitar 10 meter dari barisan paling depan, Para Prajurit tanpa kuda berjalan. Langkah mereka tegap, siap mati, siap membela negeri mereka. Bersama pedang dan perisai di tangan, Para Pasukan tanpa kuda itu berjajar jauh lebih banyak dari kuda kuda yang ada.

Siap!

Kini Jun sudah ikut berbaris di paling belakang. Setelah membunuh seorang Alpha muda yang teralihkan perhatiannya kala melihat Jun di balik sebuah pohon. Sesuai rencana, Bocah itu mendekat dan berhadapan dengan Jun di belakang prajurit lainnya. Namun nafasnya terhenti setelah bogeman di terima, cekik di leher tak mampu di lawan. Kini armor dan senjatanya jadi milik Jun, turut berbaris bersama yang lainnya.
.
.
.
.

Ingin rasanya Soonyoung membuang kepalanya. Tempat yang bagus karena jika ia lempar keluar pesawat sekarang, kepalanya akan jatuh dari ketinggian 30.000 kaki. Cukup untuk membuat kerangkanya retak dan hancur.

Hembusan karbondioksida keluar dari mulut Alpha Artemis. Lagi lagi membuat rekannya menengok dan bertanya, "Kau tak apa?" Untuk ke 20 kalinya sejak pesawat mereka terbang beberapa jam yang lalu. Gelengan hanya di beri sebagai jawaban tadi, namun kini Soonyoung berujar, "Jika aku mati dimana aku akan di kuburkan?"

"Ah ayolah! Kakiku bahkan belum menyentuh tanah Nooneowns! Kau sudah menakut nakuti ku begitu? Menyebalkan!"

"Hey kenapa kau merajuk seperti seorang Omega!"

"Apa? Seperti kau tidak begitu saja! Kau tak ingat siapa yang dulu selalu bermanja manja pada Yang mulia Javan!"

"A– huh...?"

Alphas - The War Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang