7. I've Found You

1.5K 225 10
                                    

Aku melayang. Iya, itu yang aku rasakan sekarang. Melayang, terangkat ke udara dan terbaring di awan putih selembut kapas. Aku tidak ingat kapan terakhir kali merasa seperti ini. Years ago maybe, or ... never. Aku memang beberapa kali pernah pacaran, tetapi sepertinya aku belum pernah merasakan seperti ini. Falling fast and hard. Aku menyukai dia. William. Semenjak pertama kali bertemu dengannya di ruang meeting itu, dan sepertinya menyukai bukanlah kata yang tepat. Aku merasa lebih dari sekedar menyukai. I don't dare to say it out loud, takut ini hanya sebuah mimpi dan ketika aku terbangun, tidak ada sosok bernama William disampingku.

Tiba-tiba rasa takut kehilangan dia muncul tanpa diundang di sudut hatiku. Bodoh.

Aku baru saja melewati kencan pertama, dan sekarang aku sudah berpikiran takut kehilangan dia, disaat kita belum mendeklarasikan apapun. Hanya sekedar berciuman. That kiss, atau lebih tepatnya those kisses, are the sweetest. Aku meraba bibirku, seolah masih bisa merasakan sapuan hangat bibir William di sana.

Setiap hari kami berkirim pesan, dia hampir menjadi alarm yang membangunkan aku di pagi hari, tetapi aku belum bertemu lagi dengannya setelah kencan kami di hari sabtu. Sepertinya, jadwal dia sangat sibuk, dan aku terlalu gengsi untuk minta bertemu kembali, walaupun jujur, itu adalah satu-satunya hal yang aku inginkan saat ini.

But don't call me Alina Paramitha kalau aku tidak bisa menggunakan sedikit celah untuk mendapatkan apa yang aku mau, dengan elegan. Catat itu!

Hari ini, aku meeting kembali untuk proyek Young Lead, dan dengan alasan efisiensi aku mengusulkan meeting diadakan di kantor Nora. Tidak ada yang protes, karena dua organisasi rekananku practically tetanggaan kantor, hanya organisasiku yang menyendiri jauh dari mana-mana. Aku tidak perlu membiarkan tim kami membuang waktunya untuk bermacet-macet ria di Ouagadougou. Kalau aku bisa bertemu dengan William di sana, itu adalah bonus. Oke ... oke, itu alasan terselubungku, tetapi cukup hanya aku dan rumput yang bergoyang saja yang tahu, orang lain tidak perlu.

Masalahnya meeting sudah berlalu lebih dari satu jam dan aku tidak melihat William. Seharusnya aku memberitahunya sebelum ke sini, berkata sambil lalu bahwa 'I am going to your office for a meeting', gengsi besar ternyata bisa merugikan. Ini sudah hari kamis, William belum menyinggung apapun tentang kencan kedua dan rencanaku hari ini terancam gagal. Malang.

Aku memusatkan perhatianku ke Regie, kami sedang membicarakan budgeting, dia menempatkan budget yang lebih besar untuk negara-negara Sub Saharan Afrika. Aku menginginkan, budget diatur berdasarkan persentase besaran pengungsi dan tentunya kondisi ekonomi dan geo politik di negara asal. Let's face it, seringkali kondisi politik suatu negara membuat organisasi internasional seperti kami ini tidak berkutik untuk melakukan apapun. Seperti yang terjadi di Sudan sekarang, perang sipil yang berkecamuk membuat kami harus merubah semua rencana yang kami buat untuk negara itu.

Suara ketukan pintu samar menghentikan diskusi kami. William muncul begitu pintu terdorong terbuka.

"Halo, selamat siang." Matanya menemukanku terlebih dahulu sebelum beredar ke sekeliling ruangan, jantungku berhenti beberapa saat karenanya. Hari ini dia hanya memakai kemeja warna putih di atas pantalon warna biru muda, entah kenapa ruangan ini terasa lebih sejuk karena kehadirannya. "Oh, saya tidak tahu hari ini ada meeting tentang Young Lead?" Dia menujukan pertanyaan itu ke Nora, tetapi kedua matanya sekilas menangkapku.

Nora agak kaget dengan pertanyaan William, mungkin tidak mau sang Bos micro manage pekerjaannya. "Sorry, William. Saya pikir hari ini kamu sangat sibuk, saya bisa briefing kamu tentang hasil meeting setelah ini."

William tersenyum dan melangkah masuk. "Tidak masalah. Kapan-kapan saya ingin menghadiri meeting proyek ini sepenuhnya." Dia melihat jam di pergelangan tangannya. "Now, I have 30 minutes. Mind if I join?"

RESTRAINTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang