Pertemuan

73 7 1
                                    

"ARZU!"

"ARZU!"

"ARZU!"

"Ayo keluarlah jadi pemenang, Arzu! Huuu!!!"

Arzu Nabilla, satu-satunya sosok wanita yang berpartisipasi dalam balapan liar itu tampak paling mencolok dan bersinar. Hampir seluruh penonton meneriakkan namanya. Bahkan, mereka mempertaruhkan sejumlah uang atas nama Arzu karena sebelumnya ia pernah memenangkan balapan liar tersebut.

Hingga tiba-tiba suara riuh tadi serentak berhenti menjadi senyap saat Arzu mendekati garis dengan dua peserta lainnya. Semua penonton membisu, mereka berdebar menantikan sosok jagoan yang mereka dukung akankah keluar sebagai pemenang atau tidak?

Hingga beberapa detik berlalu, sosok yang dinantikan pun muncul diiringi desing motor yang melaju cepat ke arah mereka.

"HUUU ...! ARZUUUU!!!"

Suara sorakan diiringi tepuk tangan secara serentak kembali terdengar ramai karena lagi-lagi jagoan mereka keluar sebagai pemenang.

"Sudah aku bilang, Arzu pasti menang!"

"Arzu adalah gadis yang tak terkalahkan!"

"Arzu, kau juara kami, Sayang!!!"

Kaki jenjang berbalut boot hitam dan celana ketat berwarna senada itu turun dari besarnya. Surai hitam mengkilap pun terurai indah saat Arzu melepaskan helmnya, Ia menyugar rambut panjangnya ke belakang sambil menaikkan ujung alisnya seolah berkata, "Akulah pemenangnya!"

Seruan kembali terdengar mengagumi sosoknya yang begitu memukau. Arzu melemparkan senyuman dari bibir ranumnya sambil melambaikan tangan menyapa para pendukungnya yang sedang bersuka cita itu.

"Kamu menang lagi, Arzu!" seru Intan__teman Arzu- dengan wajah kegirangan.

"Ambil hadiahnya, setelah itu ayo kita pergi!" Arzu berkata sembari menaiki motornya lagi.

Hadiah itu hanya berupa motor matic yang nilainya setara dengan uang jajan bulanan Arzu, gadis itu mengikuti balapan memang hanya untuk bersenang-senang, bukan mengejar hadiah. Ia hanya membutuhkan sesuatu untuk dijadikan pelampiasan dari sebuah perasaan yang tidak biasa dijelaskan pada siapa pun karena tidak akan ada yang memahaminya.

🦋🦋🦋


"Astaga, sudah jam sebelas," pekik gadis Arzu yang baru terbangun dari tidurnya. Arzu langsung turun dari ranjang, setelah itu ia mengambil kunci motor dan tasnya yang tergeletak di lantai.

"Kenapa aku nggak dibangunin, Intan?" Ia menggerutu kesal pada Intan yang saat ini sedang merapikan buku-bukunya.

"Aku udah bangunin kamu dari tadi, Arzu. Tapi emang kamunya aja yang tidur kayak orang pingsan!" sungut Intan.

"Aku pulang dulu, bye!" Arzu berlari keluar dari kamar Intan tanpa menanggapi ucapan temannya itu. Ia berpapasan dengan Tante Ayu-ibunya Intan- yang saat ini sedang membersihkan halaman rumah.

"Nggak makan dulu, Ar?" tanya wanita paruh baya sambil menghentika aktivitasnya.

"Buru-buru, Tante Ayu." Arzu menjawab sambil menaiki motornya.

"Astagfirullah, kamu bahkan nggak cuci muka."

Tante Ayu hanya bisa meringis melihat rambut panjang Arzu yang berantakan seperti ekor singa dengan muka bantal, mempertegas kenyataan bahwa gadis itu memang belum membasuh wajah.

Kaus oblong over size menutupi hanya sampai sebatas paha Arzu, ia mengenakan celana mini yang bahkan mungkin tidak sampai dua jengkal.

Tanpa menanggapi ucapan wanita paruh baya itu, Arzu langsung menancap gas meninggalkan pekarangan rumah temannya. Membuat sang tuan rumah hanya bisa geleng-geleng kepala.

Dijodohkan Dengan Ustaz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang