Ummi Umaroh bisa menerima jika Arzu adalah gadis yang bar-bar, dan apa adanya. Tapi ia tidak bisa menerima kata-kata menusuk yang Arzu ucapkan pada sang ibu, wanita yang telah mengandung dan melahirkannya.Hal itu membuat hati Ummi Umaroh sedikit goyah untuk melanjutkan perjodohan Azam dan Arzu.
Sementara itu, Azam dan Arzu kini ada dalam taksi, mereka dalam perjalanan pulang. Dan sejak tadi, tak ada yang bersuara, tiba-tiba keduanya merasa canggung.
Azam pun tak mencoba mencairkan suasana, ia takut nanti Arzu malah kesal padanya. Selain itu, ia juga bukan tipe orang yang pandai membujuk atau atau mencairkan suasana yang canggung.
Tak berselang lama, taksi berhenti di depan rumah Arzu. Gadis itu pun langsung melompat turun dari mobil dan berlari masuk ke rumah, Azam yang melihat hal itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
Saat masuk ke dalam rumah, Arzu disambut oleh sang Ayah dengan senyum hangat. Namun, Arzu justru melemparkan raut wajah dinginnya, apalagi saat ia membayangkan ayahnya akan melontarkan nasihat panjang lebar.
"Mandi gih, setelah ini kita pilih cincin pernikahan kalian!" seru sang Ayah yang membuat kening Arzu mengernyit. "Papa pikir kita akan membuang waktu jika pergi ke toko perhiasan, jadi Papa akan pesan aja. Kita bisa memilih jenis cincin yang kamu mau dari rumah." Lanjutnya.
Arzu langsung menoleh pada calon suaminya itu, dan ia teringat janji Azam tadi."Aku janji papa kamu nggak akan mengatakan apapun."
"Mandi dulu, Arzu!" seru Azam sambil tersenyum tipis.
Arzu pun langsung bergegas ke kamarnya, dan itu membuat Papa Aji mengerutkan dahi."Apa dia hanya patuh pada calon suaminya sekarang?" goda pria paruh baya itu yang membuat Azam tersipu.
"Terima kasih karena Om mau memenuhi apa yang aku minta," ucap Arzu kemudian.
Saat di perjalanan tadi, Azam memang mengirim pesan pada calon ayah mertuanya agar tidak membahas masalah Mama Irene, atau mencoba memberikan nasihat pada Arzu untuk sementara waktu.
"Om yang sangat berterima kasih sama kamu, Zam," kata Papa Aji. "Kalau Arzu pergi karena ngambek, biasanya dia tuh baru pulang keesokan harinya. Tapi sekarang kamu bisa membawanya pulang kurang dari satu jam."
"Aku hanya mencoba mengerti situasi Arzu, Om," kata Azam. "Oh ya, aku mau menemui ummi dulu."
"Iya, silakan. Ibu kamu ada di kamarnya."
Azam mengangguk mengerti, ia pun segera ke kamar sang Ibu. "Assalamualaikum, Ummi.""Waalaikum salam," jawab Ummi Umaroh. "Bagaimana? Arzu mau pulang?"
"Iya, Alhamdulillah." Azam menutup pintunya dengan rapat. "Ada apa? Kenapa wajah Ummi terlihat cemas?" tanya Azam.
"Ummi masih shock mendengar kata-kata Arzu yang sangat tajam pada ibunya, Zam, itu benar-benar nggak pantas keluar dari seorang anak, apalagi pada wanita yang sudah mengandung dan melahirkannya."
"Ummi benar," sahut Azam sembari membawa ibunya duduk di tepi ranjang. "Tapi Arzu punya alasan kenapa bisa jadi seperti itu, Ummi."
"Nggak ada alasan yang dapat dibenarkan untuk seorang membentak ibunya, Zam," tegas Ummi Umaroh. "Arzu sangat keterlaluan."
"Arzu seperti itu karena terlalu mencintai ibunya, Ummi," ujar Azam.
****
Babnya pendek, ya? Iya, hehe. Soalnya bab full ada di BeStory. Yuk, ah. Mampir ke sana! Sayang banget 'kan kalau sampai ketinggalan cerita menarik Arzu dan Azam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Ustaz Tampan
Romance"Kau tampan, tapi tidak cukup membuatku tertarik untuk menikah denganmu."-- Arzu Nabilla. "Kau cantik, energik, manis, dan aku sangat tertarik untuk menikahimu." --Azam Miftah. _ Kehidupan Arzu Nabilla (19) yang penuh kebebasan harus berubah ketika...