Jika Arzu belum dikhitbah oleh seseorang atau belum memiliki pasangan, kami ingin melamar Arzu untuk Azam." Ummi Umaroh-ibunda tercinta Azam itu mengutarakan maksud kedatangannya ke rumah Arzu.
Ia menatap calon menantunya yang cantik tapi sikapnya jelas tidak terlihat anggun. Cara duduk Arzu dan caranya menatap semua orang tidak seperti seorang muslimah yang seharusnya. Namun, Ummi Umaroh yakin putranya tidak akan salah memilih pasangan.
"Inysaallah, kami menerima lamaran Azam," sahut Papa Aji dengan mata yang berbinar bahagia.
"Kami menerimanya dengan senang hati karena Arzu memang belum milik siapa pun dan juga belum ada yang mengkhitbahnya."
"Khitbah itu apa sih?" celetuk Arzu tiba-tiba yang membuat semua orang melongo, terutama ibu dan paman Azam yang duduk di sisi pria itu.David dan Papa Aji hanya bisa menatap Arzu dengan nanar, mereka malu dengan pertanyaan Arzu yang dicetuskan begitu saja padahal mereka semua sedang sangat serius.
"Meminang, Arzu." menjawab Azam sambil mengulum senyum tipis.
"Ohhhhh!" Arzu mengangguk mengerti. "Jadi artinya meminang, kenapa harus pakai bahasa asing? Bikin bingung aja." Gadis itu kembali berujar sekenanya.Papa Aji dan David menghela napas berat sambil mengusap dada mereka, sementara ibu dan paman Azam hanya bisa tersenyum geli.
"Jadi bagaimana, Arzu? Kamu menerima lamaran ini?" tanya Ummi Umaroh. "Apa kamu bersedia menjadi istri Azam?"
"Dari kemarin aku sudah bilang kok ke Papa kalau aku mau nikah sama Om Ustaz," jawab Arzu sambil menatap Azam yang sejak tadi menundukkan pandangan, tak sekalipun pria itu mau menatap matanya. Padahal, Arzu terus menatap Azam karena wajah tampan pria itu menjadi candu baginya.
"Tapi kenapa ya Om Ustaz dari tadi nggak mau liat aku? Padahal aku calon istrimu loh, Om ustaz yang tampan!" ucap Arzu yang kembali membuat semua orang terperangah. Terutama Azam yang secara spontan langsung mengangkat wajahnya.
Tatapan Azam kini bertemu dengan mata hitam Arzu yang sangat cantik dan tajam, membuat dadanya berdebar hebat. Namun, secepat kilat ia kembali menundukan pandangan karena menatap wanita yang bukan mahramnya itu dilarang.
"Aku akan menatapmu saat kamu halal bagiku, Arzu," ucap Azam dengan suara beratnya. Wajah pria itu memerah dan pipinya terasa panas.
Ada begitu banyak wanita yang Azam temui selama ini, tetapi hanya Arzu yang mampu membuatnya gemas, kesal, dan berdebar dalam waktu yang bersamaan.Entah kapan dan bagaimana, Azam telah jatuh cinta pada Arzu meskipun calon istrinya itu cukup bar-bar dan kekenak-kanakan.
"Jadi sekarang aku haram gitu?" ketus Arzu yang justru kesal mendengar jawaban Azam.
"Astaghfirullah, Arzu!" tegur Papa Aji yang sudah tidak tahan dengan mulut tanpa filter anak perempuannya itu.
"Perhatikan cara bicaramu," bisik David mengingatkan pada sang adik. Namun, Arzu seolah tidak peduli.
Keluarga Azam hanya diam, mereka kehilangan kata-kata menghadapi calonn menantu mereka yang bar-bar.Bahkan, keraguan hinggap di hati mereka karena Azam dan Arzu memiliki sifat yang bertolak belakang. Azam begitu bijaksana, saleh, selalu menundukkan pandangan dari lawan jenisnya dan dia selalu hati-hati dalam berbicara.
Sedangkan Arzu?
"Pria tidak boleh memandang wanita yang bukan mahramnya, Arzu!" tegas Azam dengan lantang. "Hukumnya haram dalam agama kita! Bisa termasuk zina mata, maka dari itu aku nggak bisa menikmati kecantikanmu sekarang. Tapi setelah kita menikah nanti wajahmu akan selalu aku pandangi seperti aku memandang bintang dan bulan."
"Aduh!" Arzu langsung memegang dadanya yang berdebar saat mendengar kata-kata manis Azam. Jantungnya berdetak sangat cepat, perutnya bergejolak seperti ada ribuan kupu-kupu yang menari di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Ustaz Tampan
Romance"Kau tampan, tapi tidak cukup membuatku tertarik untuk menikah denganmu."-- Arzu Nabilla. "Kau cantik, energik, manis, dan aku sangat tertarik untuk menikahimu." --Azam Miftah. _ Kehidupan Arzu Nabilla (19) yang penuh kebebasan harus berubah ketika...