Arzu benar-benar dibuat kesal oleh sang Ayah perihal perjodohannya dengan Azam. Dan untuk menghindari ayahnya sekaligus untuk menghibur diri, ia pergi ke tempat balapan seperti biasa.
"Jangan balapan lagi, Ar!" Intan membujuk temannya itu dengan lembut. "Hadiahnya juga cuma sepeda gunung bekas, kita nggak butuh itu, kan?"
"Aku nggak tertarik dengan hadiahnya," ujar Arzu. "Aku butuh pelampiasan sekarang," tambahnya dengan kesal.
Gadis itu memasang helm-nya, ia bersiap terjun ke lapangan secara langsung. Tanpa ia sadari, helm-nya tidak terpasang dengan benar. Intan pun tak lagi bisa berbuat banyak, gadis itu hanya bisa berharap Arzu baik-baik saja selama balapan berlangsung.
Semua peserta kini sudah berjejer, motor mereka sudah siap melaju dengan kecepatan paling tinggi untuk meraih gelar sebagai pemenang. Kecuali Arzu, gadis itu hanya ingin mencari sensasi yang berbeda, yang bisa mengalihkan pikiran dan perasaannya.
Seorang gadis yang berpakaian sangat minim berdiri di depan para pembalap itu, ia memegang sebuah bendera dan menghitung aba-aba.
"Satu!"
"Dua!!"
"Tiga!"
"GO!"
Semua peserta langsung melajukan motornya dengan semangat, diiringi suara riuh penonton yang meneriakan nama jagoannya masing-masing.
Nama Arzu juga terdengar dari beberapa penonton, membuat gadis itu semakin bersemangat. Namun, tiba-tiba ponsel di dalam sakunya berdering membuat Arzu sedikit terkejut, apalagi dia tidak pernah membawa ponselnya saat balapan. Tapi sepertinya kali ini ia lupa mengeluarkan ponselnya itu dari saku.
Arzu mengabaikan dering ponsel itu karena ia sedang menikmati balapan liar di malam yang dingin. Akan tetapi, ponselnya yang terus berdering sekaligus bergetar di celananya terasa sangat mengganggu sehingga ia menjawab panggilan itu tanpa menghentikan laju motornya.
"Halo?" seru Arzu dengan suara lantang.
"Arzu, kamu di mana?"
"Lagi sibuk, Kak. Nanti aku telfon lagi!" Arzu berteriak dengan lantang takut David tak mendengarnya.
"Arzu, Papa kena serangan jantung. Sekarang di rumah sakit."
"APA?"
BRUUUGHHHH
Arzu yang terkejut tiba-tiba kehilangan fokus hingga ia jatuh dari motornya.
Intan langsung berteriak panik saat melihat sahabatnya itu mengalami kecelakaan bahkan helm-nya sampai terlempar.
Semua orang juga terkejut sambil berteriak memanggil namanya, sehingga secara spontan balapan itu terhenti dan Arzu mulai dikeremuni.
"Arzu, kamu nggak apa-apa?" tanya salah satu peserta balapan yang langsung turun dari motornya, ia membantu Arzu berdiri.
"Akh!" ringis gadis sembari memegang pipinya yang terasa perih.
"Wajah kamu luka, Ar!" pekik Intan yang melihat pipi Arzu luka. "Untung saja kepalamu nggak pecah," cetunya yang membuat Arzu mendelik. "Kita harus ke rumah sakit, Arzu. Takutnya kamu mengalami luka dalam."
"Aku memang mau ke rumah sakit, soalnya papa kena serangan jantung," tukas Arzu cemas yang seketika membuat Intan semakin panik.
"Kok bisa?" Intan kembali memekik.
"Apa kami perlu memanggil ambulance, Ar?" tanya salah seorang dari sana.
"Nggak usah, aku masih sanggup nyetir ke rumah sakit," ucap Arzu sembari berkaca pada spion, ia meringis melihat goresan di bagian tulang pipinya yang cukup lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Ustaz Tampan
Romance"Kau tampan, tapi tidak cukup membuatku tertarik untuk menikah denganmu."-- Arzu Nabilla. "Kau cantik, energik, manis, dan aku sangat tertarik untuk menikahimu." --Azam Miftah. _ Kehidupan Arzu Nabilla (19) yang penuh kebebasan harus berubah ketika...