Keesokan harinya ....Pak Aji heboh mempersiapkan sambutan untuk Azam dan ibunya, ia juga menyiapkan kamar tamu untuk mereka karena ia tidak ingin calon besan dan calon menantunya itu tinggal di hotel.Selain itu, Pak Aji juga menyiapkan beberapa menu makanan. Ada yang dimasak oleh Bibi, ada juga yang dibeli.
Arzu memperhatikan ayahnya yang tampak sangat bahagia itu, membuat Arzu juga merasa sangat bahagia. Apalagi, ini baru pertama kali ia melihat sang Ayah tampak sangat bahagia setelah bercerai.
Ia tahu, sang Ayah selalu mencintainya dan selalu ingin memberikan yang terbaik untuknya.Dulu, ayahnya adalah Ayah yang sempurna, yang selalu memberikan waktu untuk Arzu dan David.
Namun, setelah perselingkuhan sang ibu terkua kemudian mereka bercerai. Ayahnya selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja, seolah pekerjaan itu adalah tempat pelariannya dari segala rasa sakit dan frustasi.
Siapa sangka, rupanya itu menjadi sebuah kebiasaan dan akhirnya Arzu yang kena imbasnya. Padahal, ia juga terluka saat mereka bercerai, tapi ayahnya sibuk mengurus sakit hatinya sendiri, David juga sibuk dengan rasa kecewanya sendiri hingga ia enggan pulang dari Singapore.
Ayah dan kakaknya hanya memberi modal untuknya bersenang-senang di luar sana.Pada akhirnya, Arzu juga mencari tempat pelariannya sendiri.Akan tetapi, terlepas dari semua itu. Arzu tahu, Ayah dan kakaknya sangat mencintainya. Mereka semua hancur dan berubah karena Ibu yang seharusnya menjaga mereka justru menghancurkan mereka secara bersamaan.
Tak berselang lama, terdengar suara klakson mobil dari luar.
"Pasti itu David dan Azam!" seru Pak Aji. "Sayang, cepat kamu ganti baju, pakai yang sopan dan rapi, ya."
"Celana panjang dan baju panjang?" tanya Arzu.
"Iya," jawab Pak Aji. "Oh ya, yang longgar, jangan yang ketat!" tegasnya.Arzu hanya menghela napas lesu, kemudian berjalan gontai masuk ke kamarnya. Sementara Papa Aji kini membuka pintu untuk menyambut tamunya.
"Assalamualaikum, Om!" sapa Azam yang turun dari mobil.
"Waalaikum salam, Zam," jawab Pak Aji. "Bagaimana perjalanan kalian?" Ia menatap Azam dan kedua orang yang bersamanya dengan ramah.
"Alhamdulillah, lancar dan aman," jawab Ummi Umaroh.
"Aku senang kalian datang."
"Azam sudah aku anggap sebagai putraku," kata Om Malik. "Dan sebagai seorang Ayah, jadi aku harus menemaninya melamar gadis pujaannya."
Azam tersipu mendengar kata-kata terakhir sang Paman.
"Memangnya Arzu wanita pujaanmu, Zam?" tanya David sekenanya.
Tentu Azam tidak bisa menjawab, ia tidak tahu apakah Arzu wanita pujaannya atau tidak. Yang pasti, hatinya tidak keberatan menerima Arzu sebagai istrinya. Dan hatinya justru terasa berat saat memikirkan menolak lamaran Ayah Arzu.
"Vid, jangan begitu!" tegur sang Ayah.
"Arzu! Keluar, Sayang!" panggil Papa Aji.
Arzu keluar dari kamarnya dan itu membuat semua orang melongo, terutama Ummi Umaroh dan Om Malik.
"Kamu baru bangun tidur, Arzu?" tanya calon ibu mertuanya itu tanpa basa-basi.
Bagaimana dia tidak bertanya begitu, Arzu memakai piyama.
"Nggak kok, Tante, aku sudah bangun pagi hari ini karena kalian mau datang." Arzu menjawab dengan jujur sembari mendekati para tamunya itu.
"Terus kenapa kamu pakai piyama, Arzu?" desis David. Papa Aji pun tampak terkejut melihat melihat penampilan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Ustaz Tampan
Romance"Kau tampan, tapi tidak cukup membuatku tertarik untuk menikah denganmu."-- Arzu Nabilla. "Kau cantik, energik, manis, dan aku sangat tertarik untuk menikahimu." --Azam Miftah. _ Kehidupan Arzu Nabilla (19) yang penuh kebebasan harus berubah ketika...