3G; Gebran jangan pergi

68 18 0
                                    

Terimakasih sudah mampir ke lapak kocak tiga bujangan ini ygy ...

°°°°

Gebran tengah menyiapkan baju-bajunya yang akan ia bawa nanti ke Yogyakarta untuk kuliah di sana. Setelah di nanti selama semesteran libur panjang ini, akhirnya Gebran bisa pergi ke kampus dan bertemu dengan teman-teman sebaya yang lain. Ya, walaupun agak berbeda dari Gandra dan juga Gilang. Tetapi mereka berdua ini menjadi teman sejati Gebran kapanpun itu. Tak akan pernah tergantikan.

Awalnya sedih harus pergi ke luar kota dan meninggalkan kedua sahabatnya itu. Tapi, Ayahnya malah memberikan uang saku senilai 7,5 juta untuk kebutuhan Gebran sehari-hari di sana. Makanya, Gebran senang karena bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Lumayan lah untuk jajan dan jalan-jalan di Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar. Gebran mengembuskan napas dan duduk di atas kasur, melihat semua barang perlengkapan dan mengingat apa saja yang harus dibawa. Takut ada yang lupa.

“Apa lagi, ya?” Gebran menggesek jari jemarinya di bawah dagunya itu dengan ekspresi bingung. “Kayaknya udah semua, deh.”

Tania membuka pintu kamar, sudah ia duga pasti jika mempersiapkan barang seperti ini. Kamar adiknya itu akan berantakan seperti kapal pecah. Entahlah, namanya juga cowok jadi di maklum. Apalagi anak Mommy dan Daddy.

“Bran, Kakak yang antar kamu ke bandara sekarang. Soalnya Mom and Dad udah pergi ke kerja ke luar kota. Mereka sibuk katanya, maaf ajalah nggak bisa antar kamu. Itu pesan dari mereka berdua.”

Ck, mereka berdua selalu sibuk deh. Tapi nggak apa-apa, Kak. Gebran dapat money.

Tania berdecih, lalu menggelengkan kepalanya pelan, “Ayo cepat kemas-kemas barang-barangnya. Lama banget, malah ngelamun!”

°°°°

Gilang dan Gandra sedang asik berjalan-jalan mengelilingi kampung halamannya. Masih pagi kan enak ya jalan-jalan menyapa hangat para warga yang sedang menjalankan aktivitasnya masing-masing. Sekalian, Gandra ingin membeli bubur Bang Udi di dekat pertigaan jalan yang selalu tampak ramai dan rasanya yang sangat nikmat dan lezat.

“Lang, maaf ya belum ada pesanan katering dari nyokap gue.”

Gilang hanya tersenyum, “Enggak apa-apa, Ndra. Kalau memang belum ada, kita cari pekerjaan sampingan lainnya.”

Saat sedang asik berjalan sambil berbincang-bincang seru. Mereka berdua melihat mobil hitam yang berhenti di dekat warung rentengan yang tak asing seperti mobil milik Gebran.

“Ndra, kayaknya itu mobil Gebran, deh?” keduanya menghampiri mobil tersebut. Ternyata benar, itu mobil milik Gebran.

“Gebran, mau ke mana?” tanya Gilang.

Mampus, seharusnya ia tidak kepergok pergi oleh kedua sahabatnya ini. Tapi, malah di pertemukan di detik-detik terakhir mereka bertemu. Alasan mereka tidak mau bertemu dahulu karena Gebran tidak ingin menangis ataupun membuat kedua sahabat bobroknya itu menangis.

Gilang menelusuk kaca mobil bagian belakang bagasi, ternyata banyak barang. Curiga, apakah ini semua barang Gebran? Apakah Gebran benar-benar akan pergi ke luar kota untuk kuliah di sana?

“Bran, itu barang punya siapa banyak banget? Ada koper, dua kardus, terus-”

“Oh itu, hahaha ... punya Kakak gue,” potong Gebran sembari tertawa receh kepada kedua sahabatnya itu. Hanya muka datar yang di terima oleh Gilang dan Gandra. Pasti ada yang disembunyikan Gebran.

3G [Gebran, Gandra, Gilang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang