3G; Cari pekerjaan

46 12 1
                                    

Sok atuh guys sebelum baca seperti biasa ritual harian, pencet tanda bintang dan komentarnya^^

°°°°°


Kembalinya Gebran dan neneknya itu ke ruang tamu, betapa canggungnya Gilang dan Gebran yang hanya terdiam sambil tersenyum-senyum.

Nenek Gebran meletakkan gelas dan mangkok yang di bawa oleh cucunya itu di atas meja. “Ayo di minum, sama di makan. Jangan canggung, anggap aja rumah sendiri. Oh ya .... Kalau mau makan nasi itu ada di dapur. Tinggal ambil aja.”

“Iya Nek, makasih. Aduh, ini ngerepotin,” ujar Gilang yang langsung mengambil gelas berisikan es jeruk yang segar.

“Iya sama-sama.”

Gebran pun duduk di samping Gilang. Saat ia ingin mengambil kue di atas piring, ada lagi pertanyaan dari sang Nenek.

“Gebran, bagaimana keadaan keluarga kamu? Sehat-sehat ’kan?” Gebran hanya tersenyum dan menjawabnya dengan anggukan kepala.

“Enggak ada masalah keluarga, kan?” itulah, pertanyaan yang membuat Gebran bingung. Turunnya ekonomi keluarga adalah masalah besar bagi dirinya.

Gebran mengembuskan napas, setelah habis memakan kue kering, barulah Gebran menjawab. “Ada masalah kok, Eyang.”

Gilang dan Gandra serentak menoleh kepada Gebran.

“Apa masalahnya, nak?” neneknya pun duduk di sebelah Gebran sambil memegang tangan cucunya itu dengan lembut. “Masalah apa yang terjadi cucuku, apa semuanya baik-baik saja? Apa Daddy kamu memarahi mu sampai ada masalah antara kamu dengan keluarga?”

“Bukan Eyang? Gebran ini anak baik, gak mungkin Gebran sampai punya masalah sama Daddy.” tukasnya.

“Jadi apa masalahnya? Biar Eyang bisa bantu mencari solusinya.”

Tanpa berpikir panjang, Gebran pun mengatakan yang sejujurnya kepada Neneknya itu. Karena Gebran ini ’kan anaknya jujur dan baik, tidak pernah menyakiti orang yang disayanginya. “Jadi, perusahaan yang dijalankan sama Daddy itu bangkrut, Eyang. Makanya masalah terbesar keluarga adalah sekarang kami jatuh miskin.”

Saat Neneknya mendengar semua itu, napasnya tampak ngos-ngosan dengan tangan yang terletak di dadanya. Sesak setelah mendengar ucapan dari cucunya itu dan pingsan di bahu Gebran. Sontak itu membuat Gebran terkejut dan panik. Kedua sahabatnya spontan membantu mengangkat tubuh Eyang yang gendut menuju kamar.

Setelah di baringkan di atas ranjang, ketiganya pun balik lagi ke ruang tamu. Sebelum itu Gebran pun sudah mengoleskan kening Neneknya menggunakan minyak kayu putih dan memijat tangan sambil menyesali perbuatannya yang dilakukan.

“Seharusnya lo nggak bilang kayak gitu ke Nenek lo, Bran.” ujar Gandra.

Gebran terdiam mematung dengan pandangan ke depan. “Ya mau gimana lagi, gue jujur ngomongnya, kan. Masa gue harus bohong.”

“Liat kondisi juga kali, Bran. Nenek lo udah tua.”

“Sssttt ... Jangan bilang kalau Eyang gue udah tua, nanti dia marah,” gumam Gebran menatap penuh yakin kepada Gandra.

Gandra yang mengernyitkan keningnya saja mendengar ucapan barusan.

“Ah yang bener,” Gilang pun menyahuti.

“Iya, jangan sampe Eyang denger. Udah sana, pergi ke kamar tamu kita tidur di sana malam ini. Persiapkan buat besok nyari pekerjaan jangan sampai kesiangan bangun,” ujar Gebran lalu berdiri dengan menghembuskan napas pendek.

“Bran, gue lapar,” desak Gilang yang memegang perutnya. Mungkin sudah berbunyi dan ingin sekali makan nasi, seharian rasa lelah ini membuat badannya lemas.

3G [Gebran, Gandra, Gilang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang