3G; Pergi nggak, ya?

55 16 0
                                    

Terima kasih sudah mampir ke lapak 3 bujangan ini. Jangan lupa klik bintangnya.

°°°°

Ameer langsung di perlihatkan depan mata kepada Udin yang akan membelinya. Sebagai bukti bahwa si Ameer ini sehat lahir batin dan tidak berpenyakitan seperti kerbau lainnya. Gilang hanya bisa tersenyum ketika Udin mengelus punggung Ameer lalu merambat kepada kepalanya dengan lembut dan tentunya memang Udin suka kepada kerbau tersebut.

“Kalau boleh tau berapa harganya?” tanya Udin. Kebetulan dia ini pindahan dari Jakarta juga. Jadi, Gilang bisa menanyakannya juga.

“Emm .... Si Ameer teh harganya ya sekisaran ....” Gilang malah menoleh kepada kedua sahabatnya itu. Bingung dengan harga yang akan di jual berapa.

“Berapa ya?”

Pupil mata Gebran mengangkat ke atas, memikirkan berapa harga yang pas untuk kerbau dengan ukuran yang sedang seperti ini.

“Setahu gue, kerbau itu di jual dengan harga 24 juta,” Gandra menyahuti.

“Nah iya, segitu lah harganya,” jawab Gilang kepada Udin. Wajahnya begitu yakin jika Udin akan membeli dengan harga yang segitu.

Udin menghela gusar, “Jangan kemahalan dong, mau nggak kalau 15 juta?”

“Apa?” Gilang menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, melainkan pusing atas perkataan dari Udin. Masa cuma 15 juta, kemurahan nggak sih kalau dengan harga segitu?

Kembali menoleh kepada Gandra maupun Gebran. “Gimana ini?”

“Daripada nggak saya beli? 15 juta atau nggak jadi di belinya?” tiba-tiba Udin mengucapkan itu. Waraskah tiba-tiba ngomong kayak gitu? Mana ini kerbau kesayangan. Tak mungkin Gilang menjualnya dengan harga yang murah. Tapi, kalau tidak jadi di beli siapa lagi yang akan membelinya.

Sedari tadi, di media sosial instagram maupun facebook belum ada komentar berkaitan dengan penjualan Ameer ini. Hanya Udin yang ingin membelinya.

“Kalau nggak setuju ya sudah, saya bisa cari kerbau lain.”

Gandra menarik helai baju milik Gilang. “Terima aja, Lang. Daripada nggak ada sama sekali.”

Gilang meneguk salivanya dalam-dalam, menarik napas panjang dan membuangnya kasar. “Sekarang ini teh merelakan Ameer.” Gilang mengelus kepala kerbau betina kesayangannya itu.

“Gimana Gilang?”

Gilang hanya mengangguk menyetujui tawaran dari Udin. Secara sah dan uang tunai di berikan langsung di tempat. Hari ini, tanggal ini, Ameer resmi menjadi milik orang lain. Sebelum perpisahan, Gilang dengan penuh kasih sayang memeluk hewan peliharaan kesayangannya dari sewaktu masa SD sampai sekarang pun Gilang kasih menyayangi Ameer.

Karena kerbau yang satu ini beda dari kebanyakan kerbau lainnya. Mencari kerbau seperti Ameer pun susah di zaman sekarang.

“Ameer, tong nakal nya. Maafin weh ini mah, Gilang teh jual kamu ke orang lain. Nanti, kalau Gilang punya uang lagi. Kamu teh bakal di beli lagi, di pelihara lagi sama Gilang dan Abah nya. Kudu nurut sia mah, da kamu teh kerbau yang baik,” ucap Gilang di banjiri air mata saat detik-detik terakhir mereka bertemu.

“Lunas nya Lang, nuhun.” Udin membawa Ameer masuk ke pekarangan rumahnya.

Dengan kompak, kedua sahabatnya itu mengelus punggung Gilang untuk menenangkannya secara damai.

“Jaga-jaga uangnya, takut di jambret,” ujar Gebran.

“Lang, berusaha biar kita kaya. Banyak uang, nanti lo bisa miliki Ameer lagi,” tutur Gandra, seraya tersenyum hangat. Inilah gunanya sahabat, saling menenangkan ketika dalam keadaan sedih seperti ini.

3G [Gebran, Gandra, Gilang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang