3G; Masih di Alun-alun

244 44 31
                                    

Tukang Bakso si Mang Utep

Kini Gilang dan yang lainnya tengah makan bakso langganan mereka karena murah dan enak, dijamin porsi nya banyak.

“Gue mau nambah lagi satu, Bran.” ucap Gilang makan seperti orang rakus yang kelaparan. Emang lagi lapar sih. Soalnya tadi Gilang belum makan apa-apa di rumah karena buru-buru.

Gebran menghembuskan napasnya kasar, “Kalau mau nambah satu bayar sendiri. Bukannya bermaksud gimana, tapi duit gue tinggal dikit lagi. Ini juga dari kakak, gue paksa minta duitnya dulu nanti diganti kalau Papah dah transfer.”

“Kasian,” lirih Gandra.

“Hmm ... nyadar gak sih kita semakin sini semakin menipis duitnya,” ujar Gebran. Tangannya sambil mengocek kuah bakso, dengan wajah penuh beban hidup yang ia punya.

Gilang angguk-angguk mengerti sambil mengunyah bakso-nya itu, “Lo benar!”

“Ya mau gimana lagi, kita susah nyari kerja kalau di desa,” ujar Gandra.

“Bisa kok, jadi petani, jadi tukang buruh, jadi tukang-”

“Tapi kita pengen kerja kantoran,” potong Gilang kepada adiknya itu, Siti hanya mendengus kasar lalu melanjutkan kembali makan bakso yang pedasnya itu.

“Setidaknya ada penghasilan sedikit, dari pada kosong ga da uang,” sindir Siti.

“Bener juga kata adik lo, Lang.” sahut Gandra. Disitu, Gilang berpikir kembali, mencerna perkataan Siti barusan.

“Nanti aja lah mikirin pekerjaan, mendingan kita makan bakso dulu aja,” ujar Gilang lanjut makan.

°°°°

Asep kebingungan karena Sunarti terus menggerutu sendiri, ia lama-lama tak betah diam bersama Sunarti. Jadi, Asep di panggil untuk ke rumah hanya untuk dibuat kesal?

“Nya atuh mau gimana lagi Bi, pada marahal!” gumam Asep.

“Nya meuni marahal teh teu ekonomis pisan atuh,” decak Sunarti, membereskan sayur-sayuran ke dalam keresek hitam kembali.

Asep menghela napas berat, “Terus Asep kadieu teh manfaat-na naon?” tanya Asep.

(Terus Asep ke sini tuh manfaatnya apa?)

Sunarti terkekeh, baru ingat kalau ada pembicaraan yang penting soal Cantika sama Gilang tentang mereka berdua pacaran atau tidak nya, “Oh enya bibi teh poho!”

Sunarti membenarkan posisi duduknya berhadapan dengan Asep. “Kamu teh apal teu si Gilang jeung si Cantika bobogohan?” tanya Sunarti. Tak lama Sunarti menepak paha Asep.

(Kamu tau gak Gilang sama Cantika pacaran?)

“Apal atuh Bi, kan Asep anu nempo langsung,” jawab Asep seraya memolototkan kedua kelopak matanya.

(Tau banget Bi, kan Asep yang lihat langsung)

Sunarti semakin dibuat marah dan penasaran, “Sok caritakeun kumaha bisa si Gilang jeung si Cantika bobogohan.”

Asep menghela napas kecil, lalu ia mulai menceritakan semuanya apa yang ia ketahui tentang Gilang dan Cantika.

“Jadi teh kieu Bi. Asep teh kan lagi jalan-jalan rek ka warung, tah Asep teh papanggih jeung si Gilang anu keur jalan duaan jeung si Cantika.”

3G [Gebran, Gandra, Gilang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang