12 : maaf...

14 0 0
                                    

Plak!

"Papa!!" Teriak vanya dan berlari menghampiri sang mama yang baru saja di tampar

"BERANI KAMU TERIAK KE ORANG TUA HAH!?" Teriak sang papa yang masih mengamuk

"Iya! Pa udah cukup! Papa terus nyakitin mama tiap mabuk!"

"Tanya mama kamu!! Dia gabisa diharapkan jadi istri. Papa nyesel nikahin mama"

"PAPA! Udah berapa kali papa bilang nyesel nikahin mama!? Kalo nyesel, cerai in!! Cerai!! Tapi papa malah gamau cerai!?"

Plak!
Satu tamparan keras mengenai pipi mulus milik vanya

"Anak durhaka! Papa ga cerai karena mikirin kamu! Emang kamu mau jadi anak tanpa bapak hah!?"

"Aku lebih milih kaya gitu, daripada liat mama terus papa siksa!"

Melihat perdebatan itu, sang mama berdiri dan berjalan menghampiri vanya

"Vanya... Udah ya... Jangan bertengkar sama papa kamu..." Lirih sang mama sembari mengusap bahu Vanya berusaha menenangkannya

"Gabisa ma, aku ga tahan liat mama disiksa terus"

"Sialan. Anak durhaka! Udah capek-capek diurus, dikasi makan. INI BALASAN KAMU KE ORANG YANG UDAH NGURUS KAMU!?"

Vanya pun kembali menatap papa nya dengan muka yang sangat marah

"NGURUS APA!? APA!? Yang kerja tuh mama! Yang nafkah in aku mama! Yang lengkapin semua kebutuhan aku tuh mama! Papa cuman mabuk dan nganggur aja! Kontribusi papa untuk aku apa? Gaada"

"VANYA!!"

Prang!
Sang papa memukul kepala vanya menggunakan botol kaca minuman keras yang sendari tadi ia pegang

Akibatnya, kening vanya meneteskan darah. Kini muka dan baju nya berlumuran minuman keras

Untung saja luka nya tidak tersiram minuman keras itu, atau tidak itu akan sangat menyakitkan

Sang mama tentu terkejut, ia menangis melihat anaknya terluka untuk melindungi nya

"Udah puas sekarang pa? Kalo bisa, cepet cerai ya" lanjut vanya yang masih tidak terima dengan sifat papa nya

"Urus tuh anak kamu!! Malah jadi durhaka! Ga becus kamu ngurus anak!"

"Kok nyalahin mama sih!? Yang ga becus disini siapa!?"

"MALAH MAKIN BERANI YA KAMU"

Brak!!
Vanya di dorong hingga terpental lumayan jauh ke belakang

Sekarang ia sudah lemas untuk melawan, bahkan untuk berdiri saja badannya sakit

Ia mulai merasakan pusing karena darah terus mengalir dari keningnya

"Cukup pa! Cukup! Jangan terus nyakitin anak kamu! Dia ga salah! Kalo kamu nyesel nikahin aku, kenapa kamu setuju saat aku ajak nikah!? Dan asal kamu tau, aku ajak kamu nikah itu adalah wasiat terakhir mama mertua untuk ku" sang mama berbicara panjang lebar sembari memeluk anaknya

Sang papa mengepalkan tangannya dan pergi meninggalkan rumah

Ceklek!

Gubrak!
Pintu rumah ia banting hingga bergetar. Mungkin sebentar lagi pintu itu akan rusak

Vanya bersandar di tembok akibat kepalanya yang pusing

Ia melihat mama yang berdiri dan berjalan sembari terhuyung untuk mengambil air

Ia ingin mengobati anaknya

Namun, belum sanggup 3 langkah ia sudah ambruk

Sebelum vanya datang, mama sudah disiksa dan bertengkar

Who Exactly Are You?? [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang