CHAPTER 29. EXPLANATION

743 101 3
                                    

Begitu Karina meninggalkan Heeseung dengan sebuah kecupan, Heeseung segera berganti pakaian, mengenakan celana hitam dan kemeja putih sederhana—gaya khasnya. Setelah memeriksa penampilannya di cermin, ia membiarkan rambutnya sedikit acak lalu berjalan santai ke arah pintu dengan kedua tangan di saku, senyum kecil menghiasi wajahnya. Namun, saat membuka pintu, senyumnya seketika memudar, berganti ekspresi dingin saat ia melihat seorang ksatria kerajaan berdiri di depan pintu, bersiap mengetuk.

Sang ksatria terkejut melihat pintu tiba-tiba terbuka, tetapi dengan sigap ia membungkuk hormat kepada Heeseung.

"Saya menghadap Pangeran Pertama atas perintah Yang Mulia Raja," ucap ksatria itu.

"Ada apa?" tanya Heeseung dengan suara dingin.

Seketika ksatria itu merasa merinding mendengar nada suara Heeseung. "Yang Mulia Raja memerintahkan Pangeran untuk menemuinya sekarang."

Heeseung mendecak malas, hendak melewati ksatria itu.

"Apakah kamu ingin wanita itu mati seperti ibu mu?"

Langkah Heeseung terhenti. Dengan cepat, ia mencengkeram leher ksatria tersebut.

"S-saya hanya menyampaikan pesan Raja jika Anda menolak untuk menemuinya," jawab ksatria itu terputus-putus, berusaha menahan sakit. Tanpa pikir panjang, Heeseung berteleportasi langsung ke ruangan kerja sang Raja, masih menggenggam erat leher ksatria itu.

Begitu tiba di ruangan Raja, Heeseung melemparkan ksatria yang dicekiknya itu ke arah sang Raja dengan kemarahan. Namun, Raja dengan mudah menghindar, membuat tubuh ksatria itu menghantam kaca besar di belakangnya dan terlempar keluar, meninggalkan pecahan-pecahan kaca berserakan di lantai ruangan.

"Sungguh tak sopan. Jika kau bukan pangeranku, sudah kubunuh sejak tadi," ucap sang Raja dengan suara dingin.

"Kalau begitu bunuh saja. Lagipula, saya tidak pernah ingin menjadi pangeran Anda," balas Heeseung, tak kalah dingin.

"Apakah kau mau membiarkan wanita itu sendirian di dunia ini?" Ucapan sang Raja membuat Heeseung terdiam sejenak. Raja melihat kilasan kekhawatiran di mata Heeseung—sesuatu yang belum pernah dilihatnya.

"Bagaimana Anda—"

"Bagaimana aku tahu?" potong sang Raja.

"Pangeran Jake yang memberitahuku. Saat dia berkunjung ke istanamu, dia merasakan kehadiran manusia di sana... dan dia menemukan ini." Raja menunjukkan sehelai rambut panjang.

Heeseung mengepalkan tangannya, menatap tajam pada sang Raja. "Lalu apa maksud Anda dengan wanita itu akan mati seperti ibu?"

"Apakah wanita itu berasal dari ruangan yang terkunci di kamarmu?" tanya sang Raja dengan nada ragu. Heeseung mengangguk pelan. Melihat anggukan itu, sang Raja berjalan mendekat, mencengkeram erat kedua pundak Heeseung.

"Kembalikan wanita itu sekarang juga! Tak peduli apa yang terjadi di antara kalian, lupakan semua itu dan kembalikan dia ke dunianya," bentak sang Raja, matanya merah dan penuh amarah. Heeseung membelalakkan matanya, terkejut melihat tatapan penuh kemarahan dari Raja.

"Kenapa?" tanya Heeseung dengan tenang, walau hatinya gelisah.

"Wanita itu tak seharusnya berada di dunia ini. Darah murni tak boleh berada di sini. Aku tak ingin kejadian yang menimpa ibumu terulang pada wanita tak bersalah itu," ujar sang Raja, suaranya menahan amarah.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada ibuku? Siapa ibuku?" Heeseung menggenggam lengan sang Raja erat. "Tolong ceritakan... Ayah," ucapnya lirih, penuh permohonan.

Kata-kata itu membuat sang Raja terkejut. "Kamu... memanggilku ayah untuk pertama kalinya." Raja pun melepaskan cengkeramannya pada pundak Heeseung, mundur selangkah, memijit pelipisnya, lalu berkata, "Licik sekali, kau memanfaatkanku di saat seperti ini."

"Apa itu penting? Ceritakan padaku yang sebenarnya! Semuanya, tanpa ada yang terlewat!" pinta Heeseung.

Raja menghela napas panjang, bersandar pada meja kerjanya di belakang, lalu berkata, "Duduklah dan dengarkan baik-baik. Ini mungkin akan panjang, karena berkaitan dengan sejarah bangsa vampir kita."

Tanpa protes, Heeseung segera duduk di sofa di ruangan itu, bersiap mendengarkan.

"Kerajaan kita pernah memiliki seorang Putri Mahkota yang memiliki kemampuan membuka pintu ke dimensi lain. Putri itu jatuh cinta pada seorang manusia dari dunia lain. Tentu saja, ini dianggap pemberontakan oleh kerajaan. Sang Putri melarikan diri ke dunia manusia, hidup bersama pria yang dicintainya, dan memiliki seorang anak perempuan. Namun, dunia itu kemudian diserang oleh para penyihir vampir yang dikirim untuk mencari Putri tersebut. Tak ingin orang-orang yang dicintainya terluka, Putri itu melawan dan menghabisi para penyihir seorang diri hingga akhirnya ia tak mampu lagi bertahan... dan terbunuh."

Raja terdiam sejenak, mengingat masa lalu kelam yang menyakitkan itu. "Sejak saat itu, kerajaan kita menganggap semua keturunan Putri Mahkota sebagai pemberontak yang harus dimusnahkan. Setelah berabad-abad, ibumu terlahir sebagai pemilik darah murni karena ia juga memiliki kemampuan membuka pintu dimensi. Aku berusaha melindunginya sebisa mungkin, menyembunyikannya hingga kau berusia tujuh tahun. Namun, para penyihir yang membenci darah murni akhirnya mengetahui keberadaannya dan... membunuhnya." Sang Raja tertunduk, suaranya melemah. "Maafkan aku... Ayah tidak bisa melindungi ibumu."

Heeseung melihat kesedihan mendalam di mata sang Raja—kesedihan yang selama ini terselubung di balik wibawa yang tak tergoyahkan.

"Ayah hanya tak ingin kau merasakan rasa sakit dan kehampaan yang sama seperti yang Ayah rasakan saat kehilangan ibumu."




#Revisi

The Blood [HEERINA] END S1_REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang