2.

419 67 7
                                    

Hari ini adalah hari pertama nya menjadi seorang guru. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, memandang pantulan dirinya sendiri pada cermin, akhirnya gelar sarjana pendidikannya berguna juga.

Dia tidak sengaja bertemu seorang Ibu dipasar yang tak jauh dari tempat tinggalnya, pada waktu itu terlihat kewalahan karna mengatur anak murid yang sedang belajar diluar. Ntah dimulai dari mana, obrolan basa-basi nya malah berujung dia yang mendapatkan pekerjaan.

Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai disekolah yang hanya berjarak 30 menit dari tempat tinggalnya. Motor matic yang selama ini dia sewa juga sudah dia beli.

"Bu Safaira ya?"

Dia menjabat tangan Bu Devi yang dia temui dua minggu yang lalu. Yap, Bu devi lah yang menawarkannya menjadi guru di sekolah ini. Sana menerima jabatan tangan Bu Devi, lalu dia duduk dihadapan Bu Devi.

"Makasih ya Bu udah dateng, saya pikir ibu gamau loh."

Sana memang sudah ditawarkan menjadi guru disini dari dua minggu yang lalu, tapi dia baru memberi kabar Bu Devi satu minggu yang lalu, dulu dia memang sangat ingin menjadi guru walau menentang kedua orang tuanya. Tapi pada akhirnya menjadi guru hanya angan-angan, hanya sekedar gelar yang tak pernah dia pratkekan.

Menjadi anak tunggal memaksa dia untuk melanjutkan bisnis kedua orang tuanya. Dia sempat ragu untuk menerima tawaran Bu Devi untuk menjadi Guru, dia takut kalau dia tidak bisa, tapi setelah dipikir-pikir, apa salahnya mencoba, toh ini kan hal yang dia inginkan sejak dulu. Mungkin ini memang cara Tuhan untuk mewujudkan mimpinya.

"Saya udah pusing soalnya nyari guru tambahan."

Dia tersenyum ramah, membenarkan posisi duduknya. "Iya maaf ya Bu, kemaren saya masih ada urusan lain."
Kata Sana memberi alasan klasik.

Bu Devi menanggapinya dengan anggukan dan senyum hangatnya. Lalu beliau mengajak Sana untuk pergi ke kelas. "Yaudah yu Bu, saya antar ke kelas."

Sekolah ini tidak terlalu besar, hanya sekolah dasar biasa yang berdiri jauh dari pusat kota. Udara yang asri dan tentu guru-guru yang menyambutnya dengan ramah, Sana mungkin akan betah disini. Setelah Bu Devi meninggalkannya didalam kelas sendiri bersama anak-anak yang kini menatapnya dengan mata berbinar.

"Hallo semuanya." Dia tersenyum, menyapa, dia tidak paham harus menyapa anak-anak seperti apa di awal pertemuan, hidupnya terlalu banyak bergelut akan dunia bisnis, dia jarang sekali berinteraksi dengan anak-anak.

Dia mengambil satu kapur, menuliskan namanya di papan tulis.

Safaira Nanetta

"Tapi kalian bisa panggil Ibu, Bu SaNa aja ya, biar lebih pendek dan akrab."

Semua anak mengatakan iya, suara bising terdengar menusuk telinganya, ada anak yang cukup tertarik pada kehadiran Sana, ada juga anak yang sama sekali tidak peduli dengan kehadiran Sana, mungkin ini akan menjadi makanannya sehari-hari.

"Bu Sana."

Satu anak laki-laki yang duduk di bangku paling belakang, memanggil namanya, sambil mengangkat tangan. Rambutnya ikal, dia tersenyum menampakan gigi depan nya yang ompong. Sana jadi tersenyum. "Ya?"

"Ibu cantik banget."

Sana tersenyum gemas, suara anak-anak lain jadi ikut bersuara menimpali ucapan anak itu. Kemudia intrupsi dari Sana membuat mereka tenang lagi, Sana mulai menjalankan tugasnya menjadi guru.

"Setiap tubuh pada hewan memiliki bagian-bagian utama dan setiap bagian memiliki kegunaan yang berbeda-beda."
Sana berjalan mengelilingi bangku-bangku anak muridnya sambil menjelaskan materi.

SUNSET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang