Akibat begadang semalam, Sana beberapa kali menguap dalam mengajar, beruntung hari ini dia hanya mengawas murid yang sedang dalam ujian saja, jadi dia tidak perlu memberikan energi lebih untuk menjelaskan materi pelajaran.
Tzuyu memberikannya pesan kalau dia baru saja bangun dari tidur. Yap. Setelah tiga hari berpacaran, akhirnya mereka memberikan kontak satu sama lain, aneh sekali memang, ketika banyak orang melakukan pendekatan lewat berbagai alat komunikasi, Sana dan Tzuyu malah baru mengetahui no telpon satu sama lain, hari ketiga setelah mereka menjadi sepasang kekasih.
Sana jadi melihat jam, sudah pukul 11, ternyata Tzuyu memang benar-benar ingin bangun siang.
Sana membiarkan Tzuyu tetap tidur dikamarnya, pembelajaran tentang ciumana berlangsung lama, walau tidak lebih dari ciuman tapi mereka baru tidur jam tiga pagi.
Setelah mengajar, Sana masih harus rapat dengan semua guru untuk membahas pembangunan sekolah.
Sekolah yang dibangun di desa kecil ini memang satu-satunya sekolah, satu-satunya harapan untuk anak-anak disini. Sana sebagai guru muda, berusaha memberikan sarana yang lebih layak untuk muridnya belajar.Promosi Sana mencari donatur membuahkan hasil yang baik. Ada satu perusahaan yang dengan sukarela akan membantu pembangunan sekolah ini.
Sana bisa saja membangun sekolah ini dengan uang pribadinya, tapi tekatnya untuk menjadi pribadi yang baru, tanpa orang memandang status finansialnya memang sangat dia jalanin dengan serius. Jadi Sana menyebarkan pamflet lewat internet untuk mencari donatur. Salah satu pihak donatur akan datang siang ini.
Bell tanda selesai ujian sudah berbunyi, Sana meingtruksikan murid-muridnya untuk segera mengumpulkan hasil ujiannya, lalu setelah menutup sesi mengajar hari ini, Sana keluar kelas.
Bu Devi memberi tau kalau pihak donatur sudah datang, Sana segera membereskan meja nya dan keluar menuju ruang rapat.
"Bu Sana.. Ini Pak Junho. Donatur untuk sekolah kita Bu.."
"Sana?"
"Iya Pak, Ini Bu Sana yang memegang progam ini."
Sana tentu kaget, sangat kaget, tapi dia menerima jabatan tangan Junho, wajah Junho juga bingung karna mendengar nama yang asing ditelinga nya. Sana mencoba setenang mungkin didepan guru-guru yang lain.
Rapat berlangsung dengan Bu Devi yang menjelaskan tentang sekolah. Sana merasa sangat risih saat mata Junho terus menatapnya.
Dia buka berkas-berkas catatan yang memang belum sempat dia lihat dari dua yang lalu. Setelah melihat nama Junho sebagai direktur utama, Sana semakin dibuat terkejut. Bagaimana Junho bisa memiliki perusahaan sendiri dengan waktu yang begitu singkat?
Suara Bu Devi sudah tidak terdengar lagi di telinga nya, semua yang ada di ruangan ini seolah berhenti bergerak, dimatanya hanya ada Junho yang sekarang sedang menuliskan nominal dalam lembar cek untuk diserahkan pada Bu Devi.
Senyuman Junho sangat Sana hindari. Dia benar-benar muak melihat wajah Junho.
Junho mungkin memang akan dengan mudah mencari Sana, tempat tinggal Sana, dimana Sana bekerja. Sana sangat mengenal Junho.
Junho tidak akan tinggal diam jika apa yang dia mau belum dia dapatkan.Rapat selesai, dengan banyaknya pujian yang guru-guru lain berikan pada Junho, hanya Sana saja yang terlihat diam dan tidak membuka suara sepanjang rapat.
Sana buru-buru keluar, lebih tepatnya dia memang melarikan diri dari Junho.
Tapi pintu ruangan yang akan tertutup ditahan Junho.Sial!! Pikir Sana, dia sudah berusaha mendorong Junho agar menjauh, tapi mau bagaimanapun dia tetap wanita, tenaganya tidak sebanding dengan Junho.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET [END]
FanfictionSana perempuan 26 tahun yang baru saja membatalkan pernikahannya, terus mendatangi pantai hanya untuk memastikan kalau matahari tenggelam dengan sempurna.