10.

318 66 19
                                    

Mungkin kalian tidak bisa membeli kebahagian, tapi kalian bisa membeli es krim dan itu sama saja. Satu sendok eskrim dia rasakan, coklat vanila menyatu didalam mulutnya. Tzuyu mejabarkan sosok Sana, seperti es krim yang meleleh, Sana terlihat dingin tapi sangat manis.

Sana yang duduk bersebelahan dengan Sullyon terlihat telaten meladeni semua yang Sullyon tanyakan. Kadang Sana tanpa ragu membersihkan mulut Sullyon yang kotor karna es krim. Sedangkan Tzuyu duduk didepan keduanya, memandangi Sana dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.

"Pelan-pelan dong Sayang."

Mendengar suara lembut Sana yang berbicara pada Sullyon, rasanya bukan hanya es krim yang meleleh, sebentar lagi juga tubuhnya pasti akan meleleh, dia bersyukur karna Sullyon yang mengajak Sana, dia bisa melihat sosok Sana dari sudut pandang yang berbeda.

Sana yang dia kenal terlihat sombong dan angkuh, bahkan nada bicaranya slalu tinggi. Dia sempat tidak percaya kalau Sana adalah guru. Dan sekarang mungkin dia baru mempercayainya, kalau Sana memang seorang guru.

"Gege!!"

Ntah sudah berapa lama dia terus menyendok cup es krim yang kosong. Saat suara Sullyon menertawainya, dia baru sadar kalau es krim nya sudah habis. Manisnya eskrim membuat jiwanya pergi berimajinasi, sekarang dia baru kembali sepenuhnya dan mendapati Sana juga ikut tersenyum karna kelakuannya.

"Oh udah abis ya." Kekehan tawa dia keluarkan, menutupi rasa malunya.

Lalu, satu lembar tisu datang didepan wajahnya. Dia juga mendapati Sana yang menahan senyumnya. "Ah.. Makasih." Katanya menerima, pantas saja Sullyon terus tertawa, mungkin eskrim juga menyisa di mulutnya.

"Masih ada ga?"

Dia bertanya pada adiknya, yang diajak bicara malah terus tertawa, kata Sullyon "Gege lucu, cemong-cemong."

Tzuyu menekuk wajahnya, tisu yang Sana berikan tadi terus dia usapkan pada ujung bibirnya. Berharap tak ada lagi sisa eskrim.

Tzuyu memajukan wajahnya, bermaksud untuk menggoda adiknya yang terus tertawa. "Bersihin dong" Kata Tzuyu, Sullyon menggeleng masih saja tertawa geli melihat wajah Tzuyu.

Sullyon terus bergeming enggan untuk membantu kaka nya. Wajahnya berbalik jadi menghadap Sana, karna Sana tiba-tiba menangkup wajahnya. Dia hanya bisa berkedip, memastikan apa yang Sana lakukan, Sana dengan tangan kosong nya membersihkan eskrim di ujung bibirnya.

"Udah bersih." Kata Sana

Dia tidak bisa mengeluarkan kata apa-apa, bahkan ucapan terimakasih saja sangat sulit dia katakan. Debaran jantungnya tidak bisa dia kendalikan.

"Bu Sana, Ayo kita kesana.."

Nafasnya keluar dengan kasar, dia  menyandarkan tubuhnya pada kursi sedikit bisa bernafas dengan lega. Sana dibawa pergi oleh Sullyon.

Sebelum menyusul Sana dan Sullyon, dia menarik nafasnya berkali-kali,  merapikan ujung kemeja kerjanya. Dia harus tetap tampil semenarik mungkin di hadapan Sana.

Kemeja yang dia gulung sampai siku, celana hitam yang tersetrika dengan rapih dia terlihat sangat gagah, tas pink unicorn milik Sullyon yang dia gendong di punggungnya, tak membuat kharisma nya jadi hilang, dia malah terlihat seperti seorang bapak yang menemani anaknya bermain.

Baru saja dia ingin melangkahkan kakinya, tapi Sullyon datang menghampirinya dengan wajah yang sangat ketakutan, nafasnya juga terlihat ngosngosan.

"Gege.. "

Tzuyu langsung menyamai tubuhnya dengan adiknya, melihat adiknya yang ketakutan Tzuyu juga jadi ikut panik. "Ada apa?"

"Bu Sana dibawa.. "

SUNSET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang