14.

360 70 35
                                    

Setelah mengiyakan pertanyaan Sana, Sana malah terlihat ragu akan jawabannya, tapi malam tetap melanjutkan tugas nya, masih sunyi seperti biasa, sampe motor yang dia kendarai sampai ditempat tinggal Sana.

Dia lepaskan helmnya sendiri, diam-diam memandang kekasihnya yang masih saja terlihat sedih.

"Hati-hati." Kata Sana, menyerahkan helm pada Tzuyu.

"Saya boleh tidur disini?"

"Tidur disini?"

Tzuyu mengangguk. "Besok saya libur kerja. Saya pengen bangun siang aja. Kalau saya bawa motornya, berarti saya harus bangun pagi buat nganterin motornya lagi."

Sebenarnya Sana tidak masalah kalau Tzuyu tidak mengantarkan motornya pagi-pagi juga, toh dia bisa berangkat kesekolah diantar transportasi penginapan.

"Kalau saya taroh motornya disini sekarang, Saya pulang naik apa? Udah malem."

Tzuyu tidak berbohong, walau sebenarnya itu bukan alasan utama, Dia merasa Sana sedang membutuhkannya, dia tidak tega melihat Sana seperti ini, apalagi tadi sampai menangis, dia tidak akan membiarkan Sana menangis sendiri malam ini.

Ditinggalkan seseorang yang kita cintai memang akan sangat menyakitkan, walau dia tidak pernah merasakan ditinggal kekasih, tapi ditinggal oleh Ayah nya tanpa alasan yang jelas, itu sudah membuat dia mengerti arti dari dikhianati.

"Yaudah. Ayo masuk." Sana langsung menggandeng tangannya, dia pun tersenyum mengikuti kemana Sana pergi.

Setelah sampai dimeja resepsionis, Sana mencari petugas penginapan, tangan Tzuyu masih saja digandeng, jadi Tzuyu mengikuti kemana pun Sana pergi.

"Pak Rahmat.. "

Ternyata laki-laki yang sekarang sudah sangat akrab dengan Sana, sedang membuat kopi didapur.

"Eh Mba Sana. Gimana Mba?" Kata Pak Rahmat, berjalan menghampiri Sana dan Tzuyu.

"Adik Saya mau nginep ya malam ini."

"Oh boleh Mba, boleh minta KTP nya?"

Tzuyu yang mendengar langsung melepaskan genggaman tangan Sana, dia serahkan KTP miliknya. Keduanya mengikuti Pak Rahmat untuk kembali ke meja resepsionis.

Pak Rahmat sudah mencatat nama Tzuyu dibuku tamu. Menyerahkan kemabli KTPnya pada Sana. "Oke. Berapa hari mba?"

"Besok juga pulang, Pak."

Pak Rahmat mengangguk, Sana dan Tzuyu melanjutkan langkah mereka untuk ke kamar. Penginapan Sana, bukan penginapan besar, penginapan ini tidak memiliki banyak kamar, dari 10 kamar hanya terisi 7 kamar, Sana memang sengaja memilih susana yang tidak ramai, tujuannya ke Bali kan memang untuk mencari ketenangan.

Mereka berdua sudah berada dikamar, mungkin karna untuk kedua kalinya, Tzuyu jadi tidak segan lagi , dia langsung menjatuhkan tubuhnya dikasur Sana. Bekerja dari pagi hingga malam, membuat energinya terkuras banyak, dia benar-benar butuh tidur yang cukup.

"Aksa.. "

Tzuyu hanya menoleh sebentar, Sana masih dengan KTP Tzuyu, sepertinya sangat tertarik sekali dengan apa yang dia lihat, Tzuyu yang memejamkan mata, merasakan nyamannya kasur milik Sana, jadi harus terusik saat Sana menarik tangannya untuk bangun.

"Kamu masih 21 tahun??"

"Iya.."

Tzuyu menatap bingung, Sana terlihat begitu terkejut, memang ada yang salah?

"Kenapa sih?" Kata Tzuyu cukup penasaran.

"Kamu tau umur Saya berapa?"

"23? 24?"

SUNSET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang