6.

308 66 10
                                    

Tak memakan waktu lama mereka berdua sudah sampai ditempa tinggal Sana. Sana sebenarnya sangat tidak suka dipaksa, wajahnya juga masih sangat kesal, wajar saja kalau sekarang Sana langsung menerima kunci motornya dan pergi dari hadapan Tzuyu begitu saja.

Mendapat perlakuan seperti itu, Tzuyu tidak ambil pusing, sudah beberapa kali bertemu Sana, ini seakan menjadi hal biasa untuk Tzuyu.

Melihat penampilannya sendiri, Tzuyu baru sadar, kalau dia benar-benar memalukan. Kaki yang tak memakai alas kaki, celana pendek yang masih setengah basah, dan apalagi ini jaket pink milik Sana. Sekarang dia baru sadar, apa ini yang membuat Sana tidak mau diantar olehnya. Dia terlihat seperti gembel.

Dia beruntung keadaan malam sudah sangat sepi, setidaknya dia tidak mendapatkan pandangan orang-orang yang menganggapnya gila. Jarak antara rumahnya dan tempat penginapan Sana kalau harus berjalan kaki lumayan juga. Sekarang dia sadar akan apa yang dia lakukan.

Tapi mau bagaimana lagi, keselamatan Sana menurutnya memang hal yang utama.

Sebelum pergi dari tempat tinggal Sana. Dia menarik nafasnya mengumpulkan nyalinya untuk berjalan kaki, menembus sepinya malam.

"Mas.. "

Tzuyu yang dipanggil menatap bingung Sana datang lagi untuk menghampirinya, ditangannya, Sana membawa jaket lain dan juga sepasang sendal hotel.

"Buka, Pake yang ini aja."

Tanpa berbicara apapun, Tzuyu seolah terhipnotis akan perlakuan Sana terhadapnya, dia menurut saja membuka jaket pink milik Sana, sekarang tubuhnya sudah benar-benar bertelanjang dada, tapi Sana tak kunjung memberikan jaket yang sedang dia pegang, pandangannya juga terlihat aneh, seperti tak ingin menatap Tzuyu.

"Bu.. "

Sana buru-buru memberikan jaket yang dia pegang, dia baru sadar kalau mungkin Tzuyu sudah menunggu sedari tadi. Sekarang Tzuyu sudah mengenakan jaket yang lebih besar menutupi tubuhnya dan tentu tidak berwarna pink.

Baru saja Tzuyu ingin mengucapkan terimakasih dan berpamitan pergi, tapi lagi Sana memberikan hal yang membuat Tzuyu jadi tidak enak. "Kamu pake motor saya aja." Kata Sana sambil mengerahkan kunci pada Tzuyu.

Tzuyu menggeleng, menolak dengan lembut niat baik Sana. "Ahh.. Gausah Bu. Nanti besok Bu Sana pake apa ke sekolah."

Mendapatkan penolakan, Sana langsung menatap Tzuyu dengan wajah khas yang mungkin sekarang Tzuyu sudah menghapalnya. "Saya juga gabisa tenang, kalau kamu pulang jalan kaki."

"Kalau kamu ada apa-apa, saya juga yang kena." Kata Sana lagi, Tzuyu akhirnya menerima kunci motor pemberiannya.

Keduanya masih saling berhadapan, Tzuyu tersenyum walau Sana tak bisa melihat dengan jelas karna sedari tadi Sana mengalihkan pandangannya terus.

"Oke. Saya pake motornya."

Walau Sana masih terlihat bengis, tapi Tzuyu tau sebenarnya Sana ini orang baik, dia bisa merasakannya. Tanpa keraguan, sebelum mengambil motor Sana, Tzuyu memberikan sentuhan pada kepala Sana. "Makasih ya, Bu Sana."

Sana mendongak seolah ingin melihat ada apa diatas kepalanya, kemudian dia menyentuh rambutnya sendiri, memastikan bahwa tidak ada apa-apa diatas Sana.

Sekarang Tzuyu datang lagi di hadapannya, sudah berada diatas motor. Tzuyu tersenyum memandang Sana, tapi Sana masih saja enggan membalas senyuman Tzuyu.

Sekali lagi Tzuyu mengucapkan terimakasih, dan pergi dari hadapan Sana. Tzuyu masih bisa melihat Sana dari kaca spionnya, Sana tidak langsung masuk kedalam, seperti memastikan kalau Tzuyu benar-benar pulang dengan selamat.



..
.
.



Beruntung ditempatnya tinggal ada jasa pengantaran untuk menjemput tamu dan lainnya, dia bisa sampai sekolah tempat waktu, menggunakan jasa itu. Dia sudah beberapa kali mencoba mencari ojek online lewat aplikasi, tapi tidak mendapatkanya, sekalinya dapat, titik nya terlalu jauh.

Sana sekarang baru berpikir, bagaimana kalau Tzuyu membawa kabur motornya? Walau Sana memiliki banyak uang, tapi tetap tidak akan rela, jika motornya di ambil orang.

Beruntung pikirannya belum terlalu jauh memikirkan kan hal jelek pada Tzuyu, matanya sudah menangkap motornya terparkir diparkiran sekolah.

Dia langsung bergerak untuk melihat motornya, tidak ada yang lecet masih lengkap, tapi mana kunci motornya?

"Bu Sana... "

Sullyon yang datang menghampirinya, membawa jawaban atas pertanyaanya tadi. "Ini dari Gege.." Kata Sullyon memberikan kunci motor milik Sana.

"Tadi Gege buru-buru jadi gabisa nunggu Bu Sana.. "

Sana bernafas lega, memasukan kunci motornya pada tas nya. Sekarang dia berjalan bersama Sullyon menuju kelas.

Sullyon tiba-tiba menggandeng tangannya, tatapannya juga bersinar. "Bu Sana tau ga? hari ini Gege dapet panggilan kerja, Aku seneng banget Bu.. "

Sana ikut tersenyum mendengar ucapan Sullyon, wajah bahagia Sullyon menular padanya. Tangan Sana terayun karna Sullyon yang terus menggerakan nya.
"Kata Gege kalau nanti Gege gajian, Aku bisa minta apapun yang Aku mau.. "

Senyum Sana semakin lebar mendengar segala ocehan anak muridnya ini. "Oh ya?"

"Heem."

Sekarang langkah mereka harus terhenti, karna keduanya sudah sampai didepan pintu kelas. Tapi Sana jadi cukup penasaran tentang Tzuyu.

"Emang Gege kerja dimana?"

Wajah Sullyon jadi berfikir, tapi kemudian dia menggeleng. "Aku gatau, tapi kata Gege jauh. Mangkanya tadi Gege buru-buru.. "

Obrolan mereka harus terhenti, bell masuk berbunyi, tanda waktu belajar akan dimulai.

Sana mulai membuka materi pagi ini, anak-anak muridnya selalu terlihat bersemangat, pagi ini juga Sana jadi lebih memperhatikan Sullyon.

Setelah memberikan beberapa pertanyaan, Sana akhirnya bisa duduk juga, dengan tumpukan buku muridnya.

Dia mulai memberi penilainya, dan buku Sullyon menjadi buku pertama yang akan dia periksa hasil belajarnya.

Sana membuka lembaran buku terlalu kebelakang, dia melihat beberapa coretan Sullyon, layaknya anak SD yang suka mencoret-coret sekalipun itu buku pelajaran.

Janardana Tzuyu Aksa.

Oh, Sana jadi mengangguk pelan, dia mengerti, ternyata Sullyon memang benar hanya memiliki satu kaka, Aksa dan Tzuyu adalah orang yang sama.

Sana bisa memastikan kalau Sullyon sangat menyanyangi kaka nya. Mungkin Tzuyu juga adalah seorang kaka yang baik untuk Sullyon. Seorang adik tidak akan sebegitu sayangnya kalau kaka nya tidak bersikap baik.

Sana tersenyum, dia memberikan tulisan dan gambar-gambar lucu pada coretan Sullyon itu. Sullyon ini tipikal adik yang manis, yang menunjukan rasa sayangnya secara gamblang.

Setelah semua buku selesai dia periksa, dia membagikannya lagi pada muridnya.
Tak terasa dua jam berlalu, waktu mengajarnya dikelas Sullyon berakhir. Dia menutup sesi belajarnya dan kemudian berjalan keluar untuk melanjutkan tugas nya dikelas lain.

Sudah hampir seminggu menjalani tugas sebagai guru, dia rasa dia menikmati hidup barunya, bayang-bayang mantan kekasih lambat laun akan hilang dari ingatannya. Dia berharap penyembuhan hatinya memang akan segera nyata. Hidupnya sekarang jauh dari hirup pikuk kota yang sumpek. Setiap hari dia bisa menghirup udara segar, mungkin dia akan mengatakan pada kedua orang tuanya, kalau dia akan menetap di Bali.
































°°
Gpp kan lebaran update? Selamat lebaran ya, dr aku si anak kos yg tidak pulang kampung.
See You^^

SUNSET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang