5.

307 62 12
                                    

Gadis 8 tahun itu masih memegangi tangan Kaka dan Gurunya, seolah menjadi penghubung, sedangkan kedua sejoli malah terlihat terkejut.

"Bu Sana, ini Gege Tzuyu.. " Sullyon mengulang lagi ucapannya karna melihat Sana yang hanya diam, bukan hanya Sana, Tzuyu juga.

Keduanya seperti tersirap lewat tatapan masing-masing, tapi itu tak berangsur lama, karna Sana menyadarkan dirinya sendiri, kemudian dengan segera pandangannya beralih pada Sullyon.

"Oh iya.. " Kata Sana, tangan nya sudah lepas dari jabatan tangan Tzuyu.

Tzuyu jadi begitu kikuk. "Maaf ya Bu.." Kata Tzuyu, menarik lengan adiknya untuk menjauh, Lagi-lagi urusan antara adik dan kaka itu membuat Sana iri, menjadi anak tunggal, Sana tidak pernah merasakan hal seperti itu, dia baru menyadari kalau ternyata hidupnya begitu sepi.

Karna berbelanja, sore datang begitu cepat, dia memutuskan untuk langsung pergi ke pantai, membiarkan belanjaanya menggantung dimotor. Masih menggunakan seragam mengajar, dia hanya berdiri memandang laut.

Banyak hal yang dia adukan di pantai ini,  bukan hanya tentang urusan cinta nya.

Saat matanya menatap jauh laut lepas, dia menangkap sosok Tzuyu yang sedang berada ditengah laut. Ombak terlihat menggulung Tzuyu, membuat Sana semakin mengerut, memastikan apakah itu benar Tzuyu.

Surfing diwaktu yang sudah hampir gelap, Sana rasa Tzuyu lebih putus asa dibandingkan dia.

"Bu Sana, kesini lagi.. "

Sana langsung menoleh, sejak kapan Tzuyu jadi ada disampingnya? Matanya langsung beralih memandang ujung laut itu, ternyata laut sudah kosong.

Walau Tzuyu sudah menutupi tubuhnya dengan papan surfing, tapi Tzuyu yang bertelanjang dada begitu mengganggu pandangan Sana. Sana mengeluarkan suara untuk menghilangkan rasa groginya. "Iya.. "

Sana pikir Tzuyu akan pergi, dia malah berdiri sejajar disamping Sana, matanya juga mengikuti arah pandang Sana.

"Hidup memang berat.. "

Sana mengamati wajah samping Tzuyu, Sana tidak tau pasti, ini pertemuan keberapa kali, tapi dia menjamin kalau ini adalah pertemuannya dengan Tzuyu dengan suasana yang paling tenang.

Saat keheningan menderap keduanya, hanya suara ombak yang mengisi ruang diantara keduanya, Sana mungkin akan menarik ucapannya yang mengatakan pertemuan sore ini begitu tenang setelah mendengar apa yang Tzuyu katakan dengan nada serius. "Jangan bunuh diri bu.. "

Saat itu juga Sana langsung menoleh, tatapannya tentu tidak terima. Tzuyu malah tertawa, dia angkat papan surfingnya agar menutupi bagian kepala, mungkin dia takut kalau Sana akan memukulnya lagi.

Tapi ternyata Tzuyu tidak merasakan apapun, dia menurunkan papan surfingnya dengan pelan-pelan, Sana masih menatap ke arahnya. "Becanda, Bu Sana.. " Kata Tzuyu, sekarang papan surfingnya sudah benar-benar turun menyentuh lagi pasir pantai.

"Lagian muka Bu Sana, sedih trus."

Pandangan mereka jadi terkunci, beberapa menit Sana biarkan Tzuyu membaca apa yang sedang dia rasakan lewat tatapan matanya, dia jadi berpikir apakah wajahnya benar-benar terlihat sedih? Sampai orang asing yang baru saja dia kenal, bisa menyadarinya.

Tzuyu memutuskan untuk melepaskan tatapan itu, pandangannya beralih kedepan. Sana masih diam, dia memang tidak terlalu membuka diri dengan orang baru.

"Ibu tau ga? Kenapa perasaan kita jadi tenang kalau liat laut?"

Rambut basah milik Tzuyu terkadang meneteskan air dari ujung rambutnya, lagi-lagi Sana jadi menatap wajah samping Tzuyu.

SUNSET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang