Tangan mungil itu mengaitkan jari jemarinya, pada tangan yang lebih besar, dia terus menggerakan tubuhnya, wajahnya berseri, berteriak terus menerus,
Ayah, pulang.. Ayah, pulang.
"Ayo Papah.. Kita kesana.. "
Chou Zhan, yang menyandang Ayah dua anak itu terlihat kewalahan, anak laki-lakinya memang sangat aktif, tangannya terus ditarik, tapi dia ingat kalau dia juga membawa anak Perempuannya. Dia hentikan gerakan tangan anak laki-laki yang baru berumur 3 tahun itu.
"Safaira mau ikut?"
Safaira menggeleng menjawab ucapan Zhan, wajahnya berbanding terbalik dengan adiknya yang begitu senang, Safaira terlihat murung. Zhan tidak mungkin meninggalkan Safaira, untuk dia setuju, kalau liburan sekolahnya di Bali saja, Zhan harus membujuk Safaira beberapa kali.
Seolah mengerti, balita yang sedari tadi terus menendang-nendang air laut itu berlari, menghampiri Safaira.
Tangan Safaira ditarik untuk mengikutinya. "Ayo kita kesana, Ka.. "Bicaranya yang belum jelas, membuat senyum Safaira terbentuk, dia tidak pernah membayangkan kalau adiknya tubuh menjadi anak laki-laki yang begitu lucu.
"Main air.., Ayo.. "
Zhan bisa melihat perubahan wajah Safaira. Safaira memang sangat menginginkan seorang adik. Tentu bukan hal semacam ini yang Safaira mau, tapi Zhan rasa anak gadisnya itu bisa mengerti dan menerima adiknya dengan baik.
Dengan tubuh terhuyung karna adiknya terus menariknya, wajah Safaira jadi kesal. Tapi tentu dia tidak akan menolak apapun yang adiknya minta.
Walau masih berumur 8 tahun, Safaira bisa mengerti, kalau kedua orang tuanya tidak seperti dulu lagi, mungkin kedua orang tuanya selalu menunjukan kalau mereka saling mencintai, tapi nalurinya sebagai anak tidak bisa dibohongi, dia selalu bertanya pada Ibunya, kenapa Ayahnya jarang pulang, atau tentang kenapa Ayah nya tak pernah tidur dirumah tempat mereka tinggal.
Ini bukan pertama kalinya Safaira liburan diBali, satu tahun yang lalu dia juga datang kesini, dan satu tahun yang lalu juga dia tau kalau Ayahnya sudah memiliki keluarga lain. Ayahnya memang tidak mengenalkan secara gamblang, tapi dengan mengatakan kalau dia memiliki seorang adik, dia jadi mengerti.
Setelah pulang dari Bali, dia tidak berbicara apapun pada Ibunya, dia simpan semua pertanyaan yang ada di kepalanya. Dia tentu tidak menerima, dia tidak bisa menerima adiknya.
"Jangan lari Tzuyu.. "
Tapi setelah melihat wajah Tzuyu, adik laki-laki yang masih berumur 2 tahun saat dia bertemu, dia jadi tidak tega, rasanya tidak adil, kalau Tzuyu lah yang menjadi sasaran kemarahannya. Tzuyu begitu lucu, dia tidak mau diam, Safaira terkadang lelah, harus berlari menyusul Tzuyu, agar anak itu tidak jatuh.
Deburan ombak pantai, membawa tubuh kecilnya, Safaira langsung berlari, meraih tangan adiknya, si pelaku malah tertawa, walau terlihat gelagapan karna mulutnya kemasukan air laut, tapi Tzuyu terlihat senang saja.
"Jangan ketengah, Tzuyu!" Sekali lagi Safaira mengomel, dengan tangan yang berkaca pinggang. Kalau sudah seperti ini, Tzuyu akan langsung memeluk kaka nya, tanda permohonan maaf karna dia sudah susah diatur.
Perasaan Safaira sudah berangsur membaik. Saat sedang seperti ini dia malah bersyukur memiliki saudara, dia tersenyum karna dimasa depan dia tidak akan sendiri.
Dia memiliki adik.
"Kaka pegang ini.. "
Dia menerima beberapa kaleng yang adiknya berikan, tangan kecil adiknya juga membawa lebih banyak kaleng kosong untuk disusun.
![](https://img.wattpad.com/cover/341676640-288-k922882.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET [END]
FanfictionSana perempuan 26 tahun yang baru saja membatalkan pernikahannya, terus mendatangi pantai hanya untuk memastikan kalau matahari tenggelam dengan sempurna.