CHAPTER 33. COMMOTION

722 90 2
                                    

"Jadi, Hyung ingin aku membuka ruangan milik Lady Lee agar wanita itu bisa kembali?" tanya Ni-ki, menatap Heeseung dengan heran.

Awalnya, Ni-ki terkejut saat Heeseung menyebutkan tentang kemampuannya—sesuatu yang tak diketahui oleh siapa pun kecuali Lady Lee. Namun, setelah mendengarkan cerita lengkap dari Heeseung, Ni-ki masih merasa heran. "Kenapa Hyung begitu peduli pada wanita itu? Meskipun dia keturunan darah murni seperti Lady Lee, tapi tetap saja dia bukan siapa-siapa di sini. Jadi, biarkan saja para penyihir itu membu—"

Sringg

Angin berhembus kencang, dedaunan beterbangan. Heeseung tiba-tiba mengeluarkan pedangnya dan menempatkannya tepat di leher Ni-ki, membuatnya terdiam dan menahan napas.

"Tak bisakah kamu membantuku sekali ini saja? kumohon." ucap Heeseung, tatapannya dingin dan sedih—tatapan yang tak pernah Ni-ki lihat sebelumnya.

Ni-ki menghela napas pelan, lalu mendorong pedang Heeseung menjauh dari lehernya. "Apa seperti ini cara Hyung meminta bantuan? Dengan mengeluarkan pedang darah ini?" cetus Ni-ki, lalu membaringkan dirinya di atas rumput. "Apa wanita itu sangat berharga bagimu seperti Lady Lee?"

Di lobi istana, seorang bangsawan yang tengah mabuk memperhatikan gerak-gerik aneh seorang pelayan. "Hei! Bawakan aku minuman lagi!" teriak bangsawan itu, namun si pelayan tak menanggapi. Kesal diabaikan, bangsawan itu pun menepuk keras kepala pelayan tersebut, membuat si pelayan menoleh.

Rawrrr!

"AKHHH!"

Teriakan itu menarik perhatian para tamu, membuat mereka menoleh ke arah suara. Para bangsawan dibuat histeris saat melihat pelayan tersebut menggigit bangsawan mabuk itu dengan brutal, lalu menyerang bangsawan lain di dekatnya, menggigitnya dengan ganas.

Jake yang mendengar keributan di ujung lobi segera berdiri dan mengamati dengan seksama. Ia terbelalak ketika melihat para bangsawan mulai saling menyerang dengan beringas. Jake kemudian menoleh ke arah sang Raja, yang tampak panik, namun mendapati sang Permaisuri duduk tenang dengan senyum tersungging di wajahnya.

Hampir tengah malam, namun Heeseung masih belum kembali, dan Karina belum bergerak sedikit pun dari posisinya bersandar di depan pintu ruangan ibu Heeseung.

Suara pintu terbuka membuat Karina menoleh. "Hee—" ucap Karina, namun kalimatnya terhenti ketika ia melihat sosok yang muncul bukanlah Heeseung, melainkan—

"Nona, apa Anda baik-baik saja?"

"Berty," Karina segera berdiri, berusaha memasang ekspresi tenang. "Bukankah kamu sedang libur? Kenapa kamu ada di sini?" tanyanya, tersenyum canggung.

"Pangeran menyuruh saya membawa Nona keluar dari sini karena terjadi keributan di pesta," jawab Berty, wajahnya tampak panik.

"Keributan apa?" tanya Karina, memperhatikan ekspresi Berty.

"Para bangsawan saling menyerang dan menggigit! Jadi, kita harus segera pergi dari sini," desak Berty sambil hendak menarik lengan Karina, namun Karina tak bergerak sedikit pun.

"Kamu yakin Heeseung yang menyuruhmu?" tanya Karina, tatapannya penuh keraguan, sementara tangannya perlahan bergerak memegang gagang pintu di belakangnya.

"Apa maksudmu—" kalimat Berty terhenti begitu ia melihat tatapan tajam dan penuh ketidakpercayaan dari Karina. Ia pun perlahan melepaskan lengan Karina dan menghela napas.

"Baik Anda maupun Lady Lee, tak bisakah kalian menurut saja?"




#Revisi

The Blood [HEERINA] END S1_REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang