Malam pertama

56K 3.1K 267
                                    

Acara resepsi itu sudah selesai tepat pada pukul 10 malam. Dan bahkan semua orang yang berkepentingan di sana pun sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Begitu juga dengan Flo dan juga Arnold yang menjadi tuan rumahnya. Acara selesai, Arnold langsung membawa gadis itu pulang ke rumahnya. Malam itu juga.

Abizar yang kebetulan pulang bersama mereka pun hanya terdiam saja di sepanjang perjalanan. Sementara Flo yang duduk di jok depan tampak tepar. Gadis itu terlihat kelelahan. Dari pagi hingga malam mereka menyambut para tamu.

Sementara Arnold yang mengemudi tampak santai dan biasa-biasa saja karena dirinya sudah biasa dihadapkan dengan jadwal yang padat. Jadi, efeknya tidak terlalu berpengaruh padanya. Tapi, kalau boleh jujur, Arnold sedikit merasa pegal karena terlalu lama berdiri menyambut tamu.

"Kamu kenapa, Bi?" tanya Arnold sembari menatap sang putra dari kaca spion di dalam mobil.

"Enggak kenapa-napa, Pa." jawab Abizar berbohong.

"Wajahmu kelihatan kusut. Ditolak cewek ya?" tebak Arnold yang seketika membuat jantung Abizar berdebar kencang.

"E-enggak ditolak, Pa. Tapi, ya gitu deh."

"Hemmm... kalau kamu ditolak ya jangan nyerah. Kalau bisa kamu ikutin cara Papa." ujar Arnold malah sedikit sesat.

"Cara yang mana?" tanya Abizar sedikit tertarik dengan topik pembahasan Papanya.

"Kurung dia. Atau, kamu bawa kabur aja sekalian." ceplos Arnold sudah terjangkit virus Flo.

"Ck!" pemuda itu berdecak sebal. Ia menyandang punggungnya belakangnya di sandaran jok sambil menghela nafas berat. "Gak sekalian dihamilin aja, Pa?" tutur Abizar.

Arnold yang mendengar itu malah manggut-manggut. "Boleh juga. Tapi, harus langsung tanggung jawab. Emangnya kamu udah siap kalau seandainya nikah muda?"

"Siap gak siap lah, Pa."

"Bagus."

"Tapi, beneran gakpapa kan aku ngikutin cara Papa itu?" tanya Abizar serius.

"Terserah kamu aja asal nanti akibatnya tanggung sendiri. Kamu udah dewasa, Bi. Kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan seandainya itu terjadi?"

"Kalau gitu, aku mau nyoba cari kerja, Pa."

"Di perusahaan Papa mau? Tapi, kamu harus mengikuti peraturan di sana."

"Gak masalah."

"Okee."

Entahlah. Flo yang mendengar obrolan itu merasa tidak tertarik sama sekali. Ia terlalu lelah dan mengantuk. Bahkan untuk berbicara saja rasanya sulit. Matanya terasa berat, karena saking tidak tahan dengan rasa kantuknya, Flo langsung tertidur begitu saja.

Begitu sampai di rumah Arnold, Flo dibangunkan. Gadis itu juga menurut karena ia ingin membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket karena keringat. Begitu masuk ke dalam rumah, Flo berjalan begitu saja menaiki anak tangga menuju kamar Arnold.

Sementara Arnold dan Abizar yang melihat itu hanya saling pandang dan menggelengkan kepalanya. Keduanya berjalan bersamaan menuju lantai atas karena kamar mereka berdampingan.

"Papa istirahat dulu ya, Bi. Kamu jangan begadang." pesan laki-laki itu ketika sudah berada di depan pintu kamarnya.

"Iya, Pa. Selamat istirahat."

Arnold hanya mengangguk pelan kemudian langsung masuk ke dalam kamarnya. Kebetulan pintu itu terbuka karena Flo baru saja masuk ke dalam. Saat Arnold sudah masuk, ia melihat sosok Flo yang tengah berusaha melepaskan gaunnya.

Bismillah, Ku Nikahi Bapakmu! || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang