5.

1.8K 292 25
                                    

Shahnaz terbangun dengan sakit kepala yang tidak tertahankan. "Engh, berapa banyak gue minum semalem? Pusing banget bangsat." Ringisnya. Gadis itu melenguh dan mengerjapkan matanya lambat lalu terduduk dengan tidak sabar ketika tersadar ini bukan tempat yang ia kenali. "Lah gue dimana ini?" tanyanya bingung seraya memegangi kepalanya yang masih berdenyut. Setelah melakukan body checking kepada dirinya sendiri, Shahnaz menghela nafas lega karena masih berpakaian lengkap.

"Tapi ini gue dimana? Tempat siapa nih? Tas sama handphone gue juga dimana?"

Matanya melirik sekitar memindai tempat asing itu, berbeda jauh dengan apartement miliknya. Tempat ini sangat luas dan furniture disana juga termasuk barang-barang mewah.
"Gile, sewanya berapa nih? Punya gue yang biasa-biasa aja bayarnya kadang bikin gue pengen jual ginjal kalo lagi ga pegang duit. Bukan punya Jennie ini sih, Jennie mah sama susahnya kayak gue. Diliat-liat ini sih tempat cowok, tapi siapa? Apa Jennie jual gue semalem? Kurang ajar tuh jalang satu, mana duitnya nggak dibagi dua!" Monolognya pada diri sendiri.

Shahnaz melupakan sakit dikepalanya, lebih tertarik ingin tahu dimana ia berada sekarang.

Terdengar suara kenop pintu diputar membuatnya waspada, namun setelah melihat siapa yang datang Shahnaz lebih heran lagi. "Mas Radit?" Tanyanya memastikan. Gadis itu bingung, kenapa Bosnya bisa ada disini? Apa yang terjadi?

"Hai, Nadira, udah bangun? Em, kepala kamu sakit? Saya udah siapin sup pereda pengar didepan. Kalau ada yang mau kamu tanyakan, kita bisa bicara disana."

"Besok-besok kalo lo mau Mario ikut, jangan ajak orangnya, lo ajak Alicianya, dia pasti dateng tanpa diundang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Besok-besok kalo lo mau Mario ikut, jangan ajak orangnya, lo ajak Alicianya, dia pasti dateng tanpa diundang." Saran Radit kepada Adrian, mereka berjalan beriringan menuju pintu keluar.

Mereka memang tidak berniat mabuk malam ini, Radit hanya suntuk namun tidak ingin tenggelam dalam alkohol, begitupula Adrian, temannya itu bilang ada flight ke luar negeri besok pagi, dan teler sebelum terbang bukan pilihan tepat sehingga mereka memutuskan untuk pulang sebelum melenceng dari niat sebelumnya.

Mendengar apa yang dikatakan Radit, Adrian mendelik sinis, "Ajak Lice ke club? Lo sih sama aja nyuruh gue mati muda, Dit."

Pasalnya, selain Mario memang pasti datang, mengajak Alicia ke club sama dengan menawarkan raganya untuk Mario mutilasi detik itu juga.
Sahabatnya itu posessif akut! Banyak yang disimpan dibalik diamnya Mario, dan Adrian masih cukup waras untuk tidak menguji kegilaan pria itu. Adrian masih ingin menikah menyusul Mario dan jika bisa memiliki anak lebih banyak darinya.

"Muda atau tua nanti juga 'kan lo udah tau ujungnya bukan ke surga, Yan." Balas Radit terkekeh yang dibalas umpatan keras sahabatnya, "Emang anjing!"

Mereka semakin dekat dengan pintu keluar.

Radit memutar pandangan ke sudut kanan, tempat yang tadi sempat ia singgahi. Nadira masih disana, dan ia berniat untuk pamit pada asistennya itu.

"Kita pisah disini, Yan, gue mau kesana dulu." Radit pamit menepuk pundak Adrian. Temannya itu mengangguk, lalu sedikit mencondongkan badan, "Inget yang dijodohin sama lo, Dit, jangan serakah kalo nggak mau nemenin gue di neraka." bisiknya, Adrian menyempatkan terbahak sebelum berlalu.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang