46.

1.2K 216 42
                                    

Adrian menatap rumah dihadapannya.

Matanya melirik kanan dan kiri, memantau sekitar, dan beruntung saat itu keadaan komplek disana siang itu sepi.

"Ehm. Selamat siang.. Ah kurang tegas. Selamat siang." Monolog Adrian. Ia sedang mengetes tone suaranya sendiri.

Sekali lagi untuk memastikan, Adrian mengedarkan netranya.

Setelah dirasa cukup aman, ia merapikan kerah jasnya, berdehem sebelum akhirnya mengetuk pintu.

Muncul sesosok pria paruh baya berwajah tegas disana, Adrian sedikit membungkuk memberi salam. "Selamat siang, Pak." Sapa Adrian ramah.

Sementara pria paruh baya itu mengernyit heran, tidak mengenal siapa pria yang mengetuk pintu rumahnya. "Ya. Ada apa?"

"Saya Putra, saya kemari hendak mengabarkan bahwa anak bapak yang bernama Nadila Sagita mengalami tabrak lari ketika hendak kemari, ia memberi alamat rumah ini katanya Ayahnya tinggal disini. Saat ini korban sedang diamankan dikantor Asuransi didepan komplek. Karena pelaku langsung melarikan diri."

Mendengar itu, pria paruh baya tersebut langsung merubah ekspresinya dari tidak mengerti menjadi muram, murka. Wajahnya mengetat dan memerah sempurna. "DIMANA ANAK SAYA?!"

Eh anjing serem amat.
Tahan tuh si Nadira punya bapak modelan begini, mana dapet bonus disiksa pula. Batin Adrian bergidik ngeri.

Adrian sebenarnya menjadi sedikit gugup setelah dibentak seperti itu, tapi bersyukur ia dapat menutupinya dan melanjutkan sandiwaranya dengan baik. "Anak bapa ada bersama rekan saya di kantor. Mari saya antar."

Setelah sampai di 'kantor asuransi' yang mana sebelumnya itu adalah bangunan kosong milik Mario, Ayah Shahnaz mengamuk ketika tidak mendapati Sagita disana.

"Dila mana Dila?" Panik Ayah Shahnaz, bertanya linglung dan acak pada setiap orang disana.

Tidak mendapat jawaban, pria paruh baya itu menggebrak meja. "Mana Nadila?!" Bentak pria itu lagi kali ini suaranya meninggi, mengagetkan semua orang.

Salah satu wanita maju, "Pak, disini tidak ada yang bernama Nadila." Katanya memberi pengertian.

"Bohong! Dila kecelakaan disini!"

Tidak mendapatkan apa yang dimau, Ayah Shahnaz bergerak membanting satu kursi disana. Membuat tempat itu seketika gaduh dengan jeritan.

Padahal sejatinya, Sagita tidak pernah ada disana.

Memang sejak lama setelah berpisah dengan istrinya, —Ibu kandung Shahnaz, Ayah Shahnaz memiliki pengendalian emosi yang buruk.

Radit telah mencari tahu lebih dulu hal ini.

Dan Radit dengan sengaja membuat kabar kecelakaan Sagita sebagai anak kesayangannya, untuk memicu emosi menggelegak milik pria itu.
Sagita adalah trigger terbaik untuk Ayahnya.

Ayah dari anak kembar itu bahkan tidak berpikir dua kali untuk mengikuti Adrian ketika Adrian menyebutkan nama Sagita.

Dan tidak mencari Adrian lagi untuk merasa ditipu ketika seseorang mengatakan Sagita tidak berada disana. Ia hanya tahu untuk melampiaskan emosinya karena tidak menemukan yang ia cari.

"MANA ANAK SAYA?!" Lagi, Ayah Shahnaz membentak marah pada orang-orang disana. —Itu orang-orangnya Adrian juga, ia menyewa beberapa orang agar tempat tersebut memang terlihat seperti kantor.

Kali ini pria itu menjangkau apapun yang ia bisa untuk dilemparkan.

"SIALAN! KALIAN SEMBUNYIKAN DIMANA ANAK SAYA?! HAH? BAJINGAN!"

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang