Radit dengan mata tertutup mendekap sesuatu yang nyaman dipelukannya. Tetapi ketika menyadari itu bukan Shahnaz melainkan guling, Radit hempaskan asal. Tangannya berganti meraba sebelah tempat tidurnya.
Kosong dan mulai dingin.
Matanya dengan malas terbuka, memastikan. Kosong.
Sekali lagi pria itu mengusak matanya, mengambil kacamata dari nakas disamping ranjang. Benar-benar kosong. Dimana Istrinya?
Radit menyibak selimut, menarik asal kaos miliknya yang tergeletak di sofa. Seraya memakai kaos itu, ia mengayunkan langkah berat keluar dari kamar mencari Shahnaz.
Sampai di dapur Radit menemukan sosok wanita yang ia cari memberi punggung padanya.
Tubuh Shahnaz tenggelam dibalik kemeja Radit yang kebesaran untuk tubuh mungilnya.
Yang Radit bisa ingat itu adalah kemeja yang ia gantung asal sebelum mandi semalam, Radit lupa membawa pakaiannya itu pada keranjang cuci.Tetapi melihat apa yang ada dihadapan matanya, Radit tidak berani menginterupsi karena Istrinya itu terlihat seksi sekarang, apalagi dengan rambut yang digulung asal memperlihatkan leher jenjangnya.
Radit tidak berani merusak pemandangan indah yang seminggu ini luput dari hari-harinya.
Pria itu mendekat, memeluk dari belakang tubuh yang tidak lebih tinggi darinya itu, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang istri. "Good morning." Sapa Radit dengan suara seraknya.
Shahnaz sedikit berjengjit karena terkejut, tapi sedetik kemudian wanita itu berhasil menguasai diri. Ia mengelus sebentar tangan besar Radit yang melingkar di perutnya, mendongakkan kepala ke belakang, memberi kecupan di pipi suaminya lalu kembali berbalik dan membiarkan suaminya itu memberi beban pada punggungnya. "Morning Mas." Ucapnya membalas sapaan Radit.
Shahnaz sedang membuat telur orak-arik untuk sarapan mereka berdua.
Semalam Radit bilang jika seminggu ini pria itu rindu masakan buatan Shahnaz. Shahnaz tidak tahu apa itu kejujuran atau sindiran karena sejatinya selama ini Shahnaz tidak bisa menyuguhkan banyak pada Radit.
Kemampuan memasak Shahnaz setelah menikah bisa dibilang meningkat meskipun dengan satu bahan yang sama. Jika sebelum menikah ia hanya bisa memasak nasi goreng dengan omelet. Sekarang Shahnaz jadi bisa memasak telur balado, telur orak-arik, bahkan yang terbaru adalah telur dadar mie. Itupun ia masih membuatnya terlalu asin karena mencampurkan seluruh bumbu mie dan masih memasukkan garam setelahnya.
Tapi karena ingin menyenangkan suaminya, pagi ini Shahnaz rela berkutat di dapur demi membuat sarapan untuk suaminya meski hanya telur orak-arik. Ia akan satukan dengan sandwich nanti.
"Aku belum mandi, lho." Peringat Shahnaz ketika Radit semakin tenggelam 'membaui' lehernya. Wanita itu sedikit menggeliat saat Radit sesekali menciumi gemas leher belakangnya, dan tangan besar pria itu membelai samar lekukan pinggangnya.
Yang diperingati tidak peduli. Malah mengeratkan pelukannya membuat Shahnaz cukup kesulitan bergerak. "You smell like me." Ucap Radit parau mengarah pada kemeja yang dipakai Shahnaz.
Shahnaz tersenyum lebar, "Aku malas cari baju." Sahutnya asal. Kemudian wanita itu berbalik hanya untuk berbisik menambahkan. "Bajuku yang semalem, tadi aku nemu dibawah sofa."
Radit tergelak namun hanya sesaat dan kembali melanjutkan kegiatannya.
Seiring dengan Radit yang terus 'mengganggu' lehernya, dimana itu adalah salah satu titik lemah Shahnaz, wanita itu mulai merasa darahnya berdesir tidak nyaman, detak jantungnya bergemuruh. Masih pagi, Naz, astaga.. Keluhnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]
Fiksi Penggemar🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE. "I wont give up on us, Didi." Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...