Radit memencet bel dengan tidak sabar.
Begitu Shahnaz membuka pintu, pria itu menerobos masuk meraup bibir Shahnaz dan menciumnya dalam-dalam.
Kaki Radit menendang pintu sehingga tertutup keras.
Terkejut atas serangan tiba-tiba dari Radit, Shahnaz berusaha mendorong, tapi Radit bergeming.
Tenaganya bukan apa-apa untuk pria itu, malah Shahnaz yang semakin terpojok hampir membentur dinding jika saja tangan Radit tidak melindungi kepalanya.
Merasa melawan pun sia-sia, akhirnya Shahnaz menyerah. Ia memejamkan mata, melingkarkan tangannya di tengkuk Radit. Memutuskan menerima ciuman itu dan membalas dengan ritme yang sama.
Radit menggigit, menarik gemas bibir bawah Shahnaz yang menjadi alasannya ada disana.
"A—aw!" Shahnaz hendak mengaduh tetapi Radit kembali membawanya pada pagutan.
Mereka saling membelit, memagut rakus, Shahnaz sibuk mengerang, begitu pula dirinya.
Masih dengan bibir yang bertaut liar, Radit mengangkat tubuh Shahnaz, melingkarkan kakinya, dan menggendong kekasihnya itu menuju ruang tengah.
Keduanya menghempaskan diri di sofa lipat yang ada disana. Setelah satu tangan Radit menarik bantal yang bersandar di bahu sofa untuk alas sebelum mendaratkan kepala Shahnaz disana.
Shahnaz terengah-engah, sementara Radit menarik lepas dasi yang terpasang acak di lehernya. Tubuh besarnya menelungkupi Shahnaz yang berada dalam kungkungannya.
"Mm—Mas.." Shahnaz tergagap saat Radit mencoba membuka blouse yang ia kenakan.
Mengabaikan kekasihnya, pria itu menjauhkan bibir mereka sesaat hanya untuk meloloskan blouse itu melewati kepala Shahnaz. Ketika Radit membuang blouse itu ke lantai, bibir mereka kembali bertaut.
"Saya sudah berusaha menahan diri, Didi." Suara Radit terdengar parau, bibir pria itu berpindah turun menelusuri leher dan bahu telanjang Shahnaz. "Tapi saya bisa apa kalo kamu menggemaskan begini? Bukankah saya menjadi manusia kurang bersyukur jika kamu saya biarkan begitu saja? Hm?"
"A—aku nggak ngapa-ngapain.. Akh!" Shahnaz menjerit tertahan ketika Radit menggigit-gigit kecil lehernya.
"I love your smell, baby." Bisik Radit sensual. Hidung mancung pria itu mengendus disekitar lehernya menghantarkan getaran yang membuat Shahnaz meremang, menggeliat geli.
Pria itu kemudian menciumi leher jenjang Shahnaz dengan memuja, membuat Shahnaz kembali mengerang, menyusupkan jemari lentiknya melalui helaian rambut tebal Radit.
Sekujur tubuh Shahnaz terasa menggigil.
Berbeda dengan Radit, erangan yang keluar dari bibir kekasihnya seolah kalimat penyemangat agar pria itu melakukan hal yang lebih lagi. Dan Radit akan mengabulkannya.
Bibir Radit mengecup tulang selangka Shahnaz, lalu turun ke bawah, dan semakin turun, Shahnaz tersentak saat Radit mengecup dada atasnya.
Ini adalah langkah terjauh pria itu selama ini.
Biasanya Radit bisa menahan diri, tetapi sekarang Shahnaz juga tidak mengerti apa yang merasuki pria itu sehingga melupakan segalanya.
Dan Shahnaz tidak mau peduli atau berpikir lagi. Ia hanya ingin menerima apapun yang Radit coba berikan padanya.
Gairah membuat telinga Radit berdenging, dan kepalnya terasa pusing. Kali ini, tidak tanggung-tanggung, Radit meraup salah satu puncak dada Shahnaz dan mengisapnya kuat.
"A—ah!" Shahnaz memejamkan mata dengan kedua kaki tertekuk sementara Radit berada di tengah-tengah tubuhnya.
Namun sebelum pria itu beralih lagi untuk bergerak turun, dering ponsel membuat mereka berdua tersentak, terutama Radit. Pria itu mendapatkan kembali kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]
Fanfiction🚨 this works has been labeled with mature sign, some parts of the story contains mature scenes. do not cross your line, BE WISE. "I wont give up on us, Didi." Nadira Shahnaz memandang nanar pada pria yang memohon didepannya. Lelaki yang ia kenal t...