47.

1.2K 219 37
                                    


Radit menarik diri sepersekian detik hanya untuk mengangkat tubuh Shahnaz dalam sekali gerakan menuju sofa diujung ruangan.

Kakinya bergerak cepat untuk sampai ditujuan dengan bibir kembali melumat habis bibir Shahnaz.

Bisikan Shahnaz seolah mantra juga tantangan untuknya, sehingga Radit mulai meragukan pertahanan dirinya sendiri sekarang.

Begitu ia membaringkan Shahnaz di sofa lipat.
Radit dengan cepat melepaskan kacamata, jas juga kemejanya, dibantu Shahnaz yang sedikit bangkit menjadi setengah terduduk. Wanita itu tidak ahli dalam bersabar, memutuskan untuk menyentak kemeja Radit sehingga kancing-kancing kemeja malang itu jatuh berhamburan.

Wow, Shahnaz bersiul takjub membuat Radit sedikit salah tingkah. Prianya ini seperti tidak begitu tertarik pada gym dan olahraga, tetapi lihat! Ada enam disana atau mungkin delapan? Entah, otak Shahnaz buntu sekarang. Sebaiknya ia memastikan secara langsung.

"Didi.." Radit kembali menggeram ketika Shahnaz memeluk erat tubuhnya, bibirnya menjelajah mencium di beberapa titik dan melarikan jemarinya pada kemeja tanpa kancing yang kini berubah seolah menjadi tirai, menyingkap kotak-kotak indah dibaliknya.

Radit tidak bisa membiarkan dirinya diserang lebih jauh.. Karena pertahanannya hanya tinggal setipis tisu sekarang.

Pria itu membalik keadaan dengan kembali membaringkan Shahnaz, membungkuk diatasnya.
Satu tangan besar Radit menahan kedua tangan nakal Shahnaz diatas kepalanya, sehingga tubuh Shahnaz terbaring tidak berdaya dibawahnya.

Sejenak Radit hanya diam memandang lekat kekasihnya yang basah akan keringat, sama halnya dengan dirinya.

Melirik dua tangan Shahnaz yang ada dalam satu tangkupan tangannya, dalam diam pria itu mengulas senyum simpul.

Radit mencengkram rahang Shahnaz dengan tangannya yang lain, kemudian memberikan pagutan serta lumatan yang lebih dalam dan kasar dari sebelumnya pada bibir wanita itu.

Shahnaz kembali tidak dapat memikirkan apapun selain memejamkan mata sebelum membalas pagutan itu dengan sama dalamnya dan menerima undangan lidah Radit untuk saling membelit.

Decapan dan erangan memenuhi ruangan itu.

Seakan belum puas melakukan balasan, tangan Radit turun merayap ke bawah hanya untuk kembali naik membelai lembut, kemudian menelusup masuk dalam dress kekasihnya dengan gerak seolah ragu-ragu tetapi pasti.

Sementara diatas sana bibir basah Radit berpindah pada leher dan bahu Shahnaz, hidung bangirnya menghidu aroma manis yang keluar dari tubuh wanita itu. Bibir tipisnya menjilat dan menggigit kecil hingga meninggalkan jejak samar di beberapa tempat.

Kembali menelusur turun dari leher lalu bahu, tanpa aba-aba Radit menghisap kuat dada atas Shahnaz, membuat tanda.

Shahnaz terkesiap. Tubuh sintalnya menggelinjang tidak kuasa melawan godaan bertubi-tubi yang diberikan pria itu. Kaki Shahnaz bergerak gelisah, jari kakinya membentuk cengkraman berusaha kuat meraih ujung sofa mencari tumpuan. Ia mencari kesadaran dan pertahanan diri namun gagal karena Radit terus menyerang tanpa ampun, melumpuhkan akal sehatnya. Yang Shahnaz bisa lakukan hanya terus meloloskan rintih juga jerit tertahan.

Puas akan reaksi yang diberikan kekasihnya, tangan yang tidak kalah nakal dari Shahnaz itu menjamah lebih jauh. Menyusup ke belakang, menangkup dan meremas kuat sehingga membuat wanita itu tersentak dan menjerit lagi.

Setelahnya Radit mengarahkan tangannya kembali ke depan dengan gerak menggoda, jemarinya membelai perlahan naik sedikit demi sedikit dan sesekali menggelitik pelan.

Radit tersenyum miring ketika bibir ranum Shahnaz tidak absen menggaungkan desahan.

Pikirannya hanya dipenuhi kembang api dan bintang-bintang ketika Shahnaz menghempaskan kepala pada sofa dengan bibir terbuka dan nafas terengah akibat jeritan kerasnya.

INVISIBLE STRING | WONWOO X LISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang