facts about him

847 120 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . . . . ╰──╮❀╭──╯ . . . . .

Layaknya orang tidak saling kenal, setibanya mereka di bandara tadi, Winter dan Nolan memilih jalan berpisah dan bahkan memesan taksi masing-masing walaupun satu tujuan.

Sampai akhirnya kedua taksi tersebut berhenti dengan posisi saling berhadapan di sebuah rumah tunggal yang cukup besar dan sepi.

Sang supir sontak menyeletuk "Loh? itu teman saya. Kalian satu tujuan?" ucapnya kepada Winter yang duduk di belakang.

Winter menjawab seadanya dengan senyuman ramah "Iya, pak"

Supir tersebut keluar dari mobil dan membantu mengeluarkan koper milik Winter.

Perempuan itu tampak mengeluarkan beberapa lembar duit dari dompet kecilnya untuk diberikan kepada supir taksi yang ia tumpangi.

"Bawa aja kembalian nya, pak. Makasih banyak ya" ucap Winter sembari menunduk sopan dan berjalan memasuki halaman rumah dengan tangan kanan menyeret koper.

Setau Winter bangunan dihadapan nya sekarang ini adalah rumah pribadi milik Nolan, ia cukup kagum saat mengetahui dari bunda bahwa laki-laki tersebut membayar lunas rumah desain minimalis modern ini dengan duit hasil kerja kerasnya sendiri.

Walaupun orang tua nya terbilang sangat mampu, tetapi Nolan enggan menerima sepeserpun pemberian orang tua nya semenjak ia sudah berpenghasilan.

"3651" ucap Nolan tiba-tiba, membuat Winter kebingungan.

Melihat ekspresi Winter tersebut, Nolan berdecak "Akses masuk kamar kamu!" sungutnya.

Barulah Winter mengangguk paham, melihat Nolan berjalan menuju kamarnya, Winter kembali memanggil laki-laki itu.

"Kamarku yang mana?" ia bertanya. Menurut Winter, Nolan ini orang yang sangat menjengkelkan, suka bicara setengah-setengah seolah Winter sudah tau tata letak rumah ini.

Lihat sekarang, Nolan lagi-lagi berdecak. Padahal salahnya sendiri yang tidak memberitau apa-apa kepada Winter.

Nolan memutar pelan kepala Winter agar perempuan itu dapat melihat sebuah pintu berwarna coral di lantai atas "Itu" jawabnya singkat, dan melengos begitu saja seperti biasanya.

Baru beberapa langkah pergi, kali ini Nolan yang memanggil Winter.

"Serenella" panggilnya sesuka hati.

Langkah Winter pun ikut terhenti kala Nolan memanggilnya dengan nama depan.

"Ingat satu hal, kamu gak ada hak untuk mengurus kehidupan pribadiku, termasuk percintaan. Cukup menjadi istri saat ada bunda dan ayah. Mengerti? dan aku juga sebaliknya, terserah habis ini kamu mau pacaran sama siapa. Itu hak kamu" setelah mengatakan hal tersebut, Nolan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban atau respon anggukan dari Winter. Ia tidak peduli.

𝗣𝗲𝗿𝗳𝗲𝗰𝘁𝗹𝘆 𝗪𝗿𝗼𝗻𝗴 || 𝗪𝗵𝗶𝘁𝗼𝗿𝘆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang