Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . ╰──╮❀╭──╯ . . . . .
Tubuh Winter yang masih berbalut handuk putih selutut itu ditabrak oleh Nolan yang berlari dari arah luar dengan tergesa-gesa.
"Kamu ngapain keluar pake handuk doang begini?!" hardik Nolan sangat terkejut setelah menabrak tubuh mungil Winter.
"Aku mau ngambil dompet aku ketinggalan di ruang tamu, mau bayar si mbok! kamu tuh yang ngapain lari-lari sampai nabrak orang?" sungut Winter sambil mengeluarkan beberapa lembar duit dari dalam dompet miliknya.
Nolan menarik bahu Winter dan merangkulnya membuat perempuan itu heran sekaligus merasa tidak nyaman, apa lagi tubuhnya hanya dipakaikan lilitan handuk saja.
"Bunda sama oma datang" bisik laki-laki tersebut membuat Winter sama terkejutnya.
Sontak lengan Nolan yang melingkar di pinggang nya pun langsung ia lepaskan dan berlari ke atas menuju kamar sembari berteriak.
"Sinting kamu! ya aku pakai baju dulu lah!"
Nolan yang menatap kepergian Winter juga ikut berlari ke atas mengekori perempuan tersebut.
Belum sempat pengetuk pintu, dua orang wanita keluar dari sana. Bibi Asih dan yang satu lagi kemungkinan besar adalah tukang pijat tradisional yang di panggil mbok oleh Winter tadi.
"Bi? Winter di dalam?" Nolan bertanya.
Bi Asih yang awalnya asik mengobrol dengan si mbok sampai tidak menyadari kehadiran Nolan langsung terkejut dan mengangguk cepat "Mbak Winter lagi pakai baju" jawab Bi Asih.
"Tuan, saya izin mengantar mbok Ida ke luar ya" ucap Bi Asih sambil menunduk, enggan menatap wajah Nolan.
Laki-laki tersebut hanya mengangguk mempersilakan, lalu berjongkok di depan pintu menunggu Winter memakai baju.
"NOLANN!!" suara teriakan bunda berhasil membuat laki-laki itu berdiri tegak dan menggedor pintu kamar Winter.
"Cepetan! jangan lelet!" suara Nolan meninggi, ia sesekali melirik ke bawah berharap bunda dan oma tidak melihatnya.
"SABAR!" teriakan Winter membuat Nolan terkejut, ini kali pertama dirinya mendengar Winter berteriak seperti ini.
Hingga pintu terbuka menampilkan Winter yang sudah mengenakan daster floral layaknya istri pada umumnya dengan rambut yang dicepol.
Winter menatap Nolan sambil memperbaiki poni tipisnya "Gimana? cantik belum kalau dilihat bunda?" perempuan itu meminta pendapat.
Nolan berdecih "Lebih cantik Mira, berharap banget aku jawab cantik?" Nolan mencibir.
Winter tak segan-segan mencubit keras perut Nolan sampai laki-laki itu meringis kesakitan memegangi perutnya.
"Mira Mira! itu bunda sama oma di belakang kamu!" bisiknya kepada Nolan, lalu tersenyum canggung menatap bunda dan oma.