Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . ╰──╮❀╭──╯ . . . . .
Pasca operasi, Nolan tidak langsung dipindahkan ke ruang rawat inap, tetapi ia dipindahkan ke ruangan transisi oleh tim medis untuk memantau lebih lanjut kondisi fisik laki-laki tersebut.
Winter bahkan sampai duduk termenung di kantin rumah sakit, ia bingung ingin melakukan apa selagi menunggu Nolan dipindahkan ke ruang rawat inap.
Terlihat perempuan itu menghembuskan nafas berkali-kali, tangannya pun tidak tinggal diam. Winter mengaduk terus menerus teh hangat pesanannya sampai tidak lagi menjadi teh hangat.
Seseorang menepuk pundaknya membuat perempuan itu tersentak dan menoleh ke belakang.
"Papa" ucapnya terkejut sekaligus senang melihat siapa orang yang menepuk pundaknya tadi.
Winter berdiri dari posisi duduknya untuk memeluk tubuh papa nya, dan tentunya disambut dengan hangat oleh Bima.
"Kok gak ngabarin mau kesini?" tanya Winter, ia mempersilakan Bima untuk duduk di kursi kayu panjang tepat di sampingnya.
Bima terkekeh "Papa habis dari rumah om Cahyo, pulang lewat sini sekalian aja jengukin Nolan" pria tersebut menjelaskan membuat putri semata wayangnya menganggukan kepala.
"Nolan belum dipindahin ke ruang rawat inap, pa. Makanya Winter nunggu disini, tadinya laper, pas sampai sini malah gak ada selera makan" tutur Winter.
Perempuan itu kembali melanjutkan kalimatnya "Papa gak mau makan dulu? biar aku pesanin"
Bima dengan cepat menggeleng, lalu mengusap perutnya "Baru aja makan sama om Cahyo, masih kenyang banget ini" keluhnya kekenyangan.
Winter tertawa menanggapi, tiba-tiba ponselnya berbunyi membuat ia dengan cepat mengangkat panggilan tersebut.
"Win? suami kamu barusan udah kita pindahin ke ruang rawat inap, ya"
Itu Gina, kakak tingkatnya semasa kuliah, yang sekarang bekerja sebagai perawat di rumah sakit ini. Winter baru mengetahui bahwa kakak tingkatnya itu bekerja disini karna semalam ia masuk ke ruang rawat inap Nolan untuk mengecek kondisi laki-laki tersebut.
"Ayo, pa. Nolan udah dipindahin katanya" Winter langsung berdiri dan diikuti oleh Bima. Keduanya berjalan beriringan melewati koridor sembari mengobrol hangat.
Sesekali Bima menyeletukan candaan garingnya, yang dimana membuat kaki Winter terasa lemas karna tak sanggup menahan tawa.
Begitu mereka memasuki ruang rawat inap yang tampak luas tersebut, mata Winter langsung tertuju ke Nolan yang masih memejamkan mata, terbaring diatas brankar.
Ia pikir suaminya itu belum sadar, jadi ia melangkah lebih dekat untuk melihat wajah pucat Nolan.
Perempuan itu menyeletuk "Kasihan banget" ucapnya sembari membereskan sisa sisa sampah makanan bekas dirinya tadi malam yang masih ada di atas nakas.