meet the guitarist

818 132 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . . . . ╰──╮❀╭──╯ . . . . .

Seperti biasa, Nolan ingin berangkat menuju studio mengenakan pakaian casual miliknya, laki-laki itu mengedepankan kenyamanan.

Jujur, tadi malam ia hampir tidak bisa tidur nyenyak karna mengingat kejadian semalam, dirinya menampar Winter dengan begitu ringan tangan. Padahal sebelumnya Nolan tidak pernah kasar dengan seorang perempuan.

"Dia pantas nerima itu" Nolan bermonolog didepan cermin besar meyakinkan dirinya bahwa yang ia lakukan bukanlah kesalahan nya.

Hari ini ia tidak lagi berangkat dengan Hans, melainkan sendiri. Jadi Nolan buru-buru menuruni tangga.

"Bi, aku sarapan di luar aja" ucap Nolan sedikit berteriak, namun tidak ada jawaban.

Merasa janggal, laki-laki itu menyempatkan diri ke dapur, karna Bi Asih tiap pagi kerjanya selalu di dapur.

Ternyata disana sepi, tidak ada orang sama sekali. Hanya ada tudung saji yang tertutup dengan kertas berwarna pink yang ditempelkan diatasnya.

Nolan mendekat dengan niat ingin membaca tulisan yang ada di kertas kecil tersebut.

Tulisan tangan sangat rapi berjejer disana, kalimat yang tertulis berisikan seperti ini.

'Bi Asih hari ini izin, anaknya yang baru lahir sakit. Jadi aku yang buat sarapan, tolong di makan'

Di paling bawah ada pertanda sang penulis surat, Winter.

Setelah membaca, Nolan malah merobek kertas kecil tersebut menjadi beberapa bagian dan langsung pergi begitu saja tanpa membuka tudung saji.

Dengan debaran jantung yang tak karuan, Nolan melajukan mobil menerobos angin dengan kecepatan tinggi menuju ke studio.

Sementara di studio sudah ada dua orang yang menunggu kedatangan Nolan, orang itu adalah Hans dan Reiki.

Sampai seseorang yang ditunggu pun tiba dengan membuka pintu studio kasar membuat Reiki tersentak dan mengumpat.

"Datang-datang dah rusuh aja!" pekik Reiki disertai wajah tak bersahabat.

Nolan mengabaikan amukan Reiki, laki-laki itu langsung duduk dihadapan alat musik yang sudah menjadi sahabat baginya sejak dibangku sekolah dasar. Sudah selama itu dirinya terjun di dunia musik.

"Ayo latihan" ucap Nolan sambil menatap kedua sahabatnya yang malah duduk santai di sofa sembari memainkan ponsel mereka masing-masing.

𝗣𝗲𝗿𝗳𝗲𝗰𝘁𝗹𝘆 𝗪𝗿𝗼𝗻𝗴 || 𝗪𝗵𝗶𝘁𝗼𝗿𝘆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang