jealous?

889 140 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


. . . . . ╰──╮❀╭──╯ . . . . .


Winter memasuki rumah, dan tujuan pertamanya adalah dapur. Perempuan itu melihat sudah ada banyak robekan kertas berwarna pink di lantai dan ia langsung membuka tudung saji.

Nolan bahkan tidak menyentuh sama sekali masakan yang ia buat. Winter mengambil mangkuk kecil oatmeal disana dan sudah tercium aroma kurang sedap, bahkan toping buah-buahan seperti pisang dan stroberi sudah tampak menghitam.

Bibi Asih bilang setiap pagi Nolan selalu minta dibuatkan oatmeal atau salad sayur, tapi pagi ini masakan buatan Winter tidak di makan sama sekali.

Suara langkah kaki terdengar, membuat Winter menoleh dan memanggil laki-laki tersebut.

"Nolan"

Nolan hanya menoleh tanpa menghampiri Winter, tangan laki-laki itu bertengger pada railing tangga sambil menatap perempuan yang berdiri tak jauh darinya.

"Kenapa gak sarapan?" Winter bertanya dengan begitu lembut berusaha bersabar menghadapi Nolan.

"Gak tertarik lihatnya" jawab Nolan dan langsung menaiki tangga meninggalkan Winter yang menghela nafas disana.

Perempuan dengan rambut cepolnya yang sudah sedikit berantakan itu duduk disalah satu kursi dan memakan beberapa bagian oatmeal yang sekiranya masih bisa di konsumsi itu sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya menunjukan pukul setengah sembilan malam.

"Sayang banget kalau harus dibuang" Winter bermonolog kala melihat oatmeal tersebut sudah sedikit berair. Mau tak mau ia membuang sisanya ke tempat sampah tak lupa mencuci mangkuk bekas oatmeal tadi.

Suara bel disertai ketukan juga membuat Winter berjalan menuju pintu utama untuk membukanya.

Begitu pintu terbuka, tampak seorang perempuan bergaya modis dengan gaun pendek berwarna hitam seatas lutut yang mempamerkan bahu.

Perempuan itu menatap Winter dari atas ke bawah, raut wajahnya begitu angkuh. Ia langsung melemparkan tas jinjing miliknya ke arah Winter, seolah-olah Winter adalah pembantu.

"Panggilkan Nolan" suruhnya sudah seperti majikan saja.

Winter melempar tas tersebut ke lantai membuat perempuan tersebut melotot ke arahnya.

"Panggil sendiri! dipikir aku pembantu apa" ia menjawab dan melengos pergi dari sana bersamaan dengan kedatangan Nolan dari arah berlawanan.

Begitu ia tiba di lantai atas dan menghintip kegiatan Nolan dan perempuan baru tadi, perempuan yang beda dari kemarin. Bukan Sarah.

Keduanya tampak begitu mesra membuat Winter mual dan masuk ke kamar.

"He's such a jerk"

Winter mengganti pakaian nya menjadi baju tidur yang nyaman, ia merebahkan dirinya diatas kasur terlentang menghadap langit-langit kamar sembari memejamkan mata.

𝗣𝗲𝗿𝗳𝗲𝗰𝘁𝗹𝘆 𝗪𝗿𝗼𝗻𝗴 || 𝗪𝗵𝗶𝘁𝗼𝗿𝘆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang