Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . ╰──╮❀╭──╯ . . . . .
Pagi hari kali ini tampak gelap karna hujan deras, tapi itu tidak menghalangi Winter untuk bangun. Seperti biasa, perempuan itu bangun lebih dulu dari Nolan.
Kakinya melangkah begitu lesu menuju dapur menyiapkan air panas untuk suaminya mandi, sambil sesekali mengusap wajahnya guna menghilangkan rasa kantuk.
Begitu air tersebut mendidih, ia segera membawanya kembali ke kamar mandi bawah yang menyatu dengan kamar tidur tamu tempat mereka tidur sementara.
Winter menyelupkan tangannya, memastikan air itu tidak terlalu panas atau pun terlalu dingin.
Perempuan yang masih lengkap dengan piyama dan rambut berantakan tersebut beranjak dari kamar mandi, melangkah lebih jauh dan menyibak tirai jendela. Walaupun tidak ada cahaya yang masuk karna hujan deras, setidaknya ada udara segar yang masuk.
Winter beralih naik keatas ranjang, menepuk-nepuk pelan pipi Nolan. Wajah laki-laki itu terlihat begitu polos saat tidur.
Alis Nolan berkerut, ia menampik tangan Winter dari wajahnya karna merasa sangat terganggu.
"Aku gak kerja, gak usah bangunin. Tutup jendelanya lagi dan nyalakan ac!" cecar laki-laki tersebut sembari menarik selimut sampai menutupi sebagian tubuhnya.
Winter berdecih, sontak menarik selimut yang melilit di tubuh Nolan "Mana ada orang pagi-pagi hujan begini nyalain ac!" jawabnya dengan nada suara tinggi.
"Ayo mandi, nanti air nya keburu dingin!" lanjut Winter yang akhirnya membuat Nolan mendesah frustasi dan terduduk dari posisi awalnya.
Nolan mengusap kasar wajahnya, lalu merentangkan tangan kepada Winter seolah meminta bantuan untuk berdiri.
Winter tersenyum puas "Gitu dong, mandi doang malesnya minta ampun. Heran. Lagian ya, lebih tepatnya kamu tuh cuma di elap pakai air aja" sindir perempuan tersebut membuat Nolan menyinyir.
Setelah mendudukan tubuh Nolan di kursi yang sempat dibawakan oleh Jevanio semalam dari lantai atas ke bawah untuk memudahkan laki-laki itu mandi, Winter dengan perlahan melepas kaos putih yang dipakai suaminya, lalu mulai mencelupkannya ke bak yang berisikan air hangat.
Nolan meringis berlebihan kala kain tersebut menyentuh dadanya "Aw, panas" pekiknya membuat Winter terkejut.
Tanpa berkomentar, Winter menyalakan keran untuk mengurangi rasa panas yang mendominasi air tersebut dan mematikannya.
Begitu sabar dan telaten perempuan tersebut mengusap permukaan tubuh suaminya, sampai Nolan kembali mengomentari "Terlalu dingin" keluhnya.
Sejenak Winter menghembuskan nafas menahan emosi, ia mengambil teko aluminium dari meja kecil yang ada didekat tubuhnya dan menuangkan sisa air panas yang ada di dalamnya sambil ikut serta menyelupkan tangan untuk mengukur suhu air.