. . . . . ╰──╮❀╭──╯ . . . . .
Benar saja dugaan Winter semalam, pagi ini setelah bangun dari tidurnya, Nolan langsung lari tergopoh-gopoh masuk ke kamar mandi dan muntah, tenggorokannya pun terasa begitu kering.
Kesadaran laki-laki itu sudah pulih, dengan senyuman kecil ia menyapa sang istri yang sudah siap sedia secangkir air hangat di tangan kanan.
"Kan, dibilangin juga apa. Baru sembuh udah gegayaan mabuk alkohol. Nih minum dulu, terus mandi" Winter menyerahkan gelas berisikan air hangat tersebut ke Nolan dan langsung diminum sampai tandas olehnya.
Setelah selesai minum, Nolan mengusap tengkuk canggung, lalu mulai membuka suara "Yang semalam itu ─"
Winter sontak tertawa puas, membuat Nolan kebingungan sekaligus menghentikan ucapannya.
"Kamu mabuk, kamu sadar gak apa yang kamu ucapin tadi malam? mulai semuanya dari awal? maksudnya apa coba?" perempuan dengan rambut panjang yang tergerai sempurna itu berkacak pinggang menatap Nolan sembari menahan tawa.
Nolan hanya diam menahan malu, salahkan ide bodoh nya yang merencanakan semua ini.
"Buat apa mulai semuanya dari awal? emang kita cerai?" ucapan Winter sontak membuat Nolan tersenyum merekah menatapnya.
"Maksudnya, kamu maafin aku?" Nolan bertanya dengan ragu.
Winter membalas senyuman tersebut dan mengangguk "Emang aku pernah gak maafin kamu?"
Ah, benar. Perempuan itu selalu memaafkan kesalahan suaminya. Anggap saja Winter bodoh karna mau memaafkan dan memberi kesempatan kepada laki-laki berengsek seperti Nolan.
Benar adanya jika cinta itu buta dan tuli.
Nolan tidak memperdulikan dirinya yang masih sedikit pusing, laki-laki tersebut langsung menghampiri istrinya dengan sedikit sempoyongan dan memeluk tubuh mungil Winter dengan begitu erat dalam dekapannya.
Wajah cantik Winter dihadiahi kecupan bertubi-tubi oleh Nolan saking gemasnya laki-laki itu kepada sang istri.
"Thank you" bisik Nolan, tangannya terangkat untuk mengelus rambut Winter.
"Harusnya aku keluar dari agensi dan grup sesuai janji gak sih?" Winter yang awalnya sudah begitu nyaman dalam pelukan Nolan, langsung ikut membuka mata mendengar ucapan suaminya.
Perempuan tersebut melepas pelukan hangat itu dan menggeleng cepat.
"No, The North kan karier yang sudah kamu dan sahabat kamu bangun dari nol. Emang gak sayang dilepas begitu aja? sebenernya bukan masalah karier sih, tapi lebih ke perjuangan dan kebersamaan kalian yang sudah sampai ditahap ini. Pasti gak mudah" tutur Winter sembari membuka lemari, berniat menyiapkan pakaian nya untuk hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗣𝗲𝗿𝗳𝗲𝗰𝘁𝗹𝘆 𝗪𝗿𝗼𝗻𝗴 || 𝗪𝗵𝗶𝘁𝗼𝗿𝘆
FanfictionTentang kedua pasangan yang menjalin open relationship atas persetujuan kedua belah pihak